“Dan jika kamu menuruti
kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan
menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap
Allah).”
[QS.al-An'am/6: 116]
Hanya karena kedangkalan ilmu agama maka manusia banyak tertipu oleh
kelompok mayoritas, padahal jika manusia mengetahui tabiat manusia yang
jelek pasti mereka menyesal mengikuti mereka. Barangsiapa ingin selamat
dari makar mereka, simaklah pembahasan berikut:
Makna Ayat Secara Umum
Imam Abu Ja’far ath-Thobari rahimahullah berkata: “Allah azza wa jalla
menjelaskan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam: Wahai
Muhammad, janganlah kamu taat kepada orang yang berpaling dari agama
Allah, karena mereka mengajak kamu mengikuti sesembahan mereka. Jangan
kamu taati mereka ketika mengajak kamu agar makan sesembelihan yang
disajikan untuk tuhan-tuhan mereka, dan yang disembelih dengan menyebut
nama tuhan mereka, dan jangan kamu taati perbuatan mereka yang
tersesat. Jika kamu taat kepada umumnya manusia di permukaan bumi ini,
pasti mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah yang benar dan
menghalangi kamu dari yang benar juga, karena pada saat itu mereka
kufur dan tersesat. Dan jika kamu menaati mereka kamu akan seperti
mereka, karena mereka tidak mengajak kamu kepada petunjuk, bahkan
mereka telah jatuh kepada kesesatan karena mereka hanya mengikuti
dugaan dan kira-kira belaka. Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah
melarang kamu yang demikian itu karena Allah lebih tahu tentang mereka
daripada kamu. Wahai Muhammad, ikutilah yang Aku perintahkan kepadamu
dan tinggalkan apa yang Aku larang kepadamu dan jangan kamu menaati
mereka, dan jangan kamu tinggalkan larangan mereka, karena Aku lebih
tahu siapa yang mendapat petunjuk dan siapa yang tersesat.” [Tafsir
ath-Thobari: 12/65]
Komentar Ulama Sunnah Tentang Mayoritas Umat
Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Kamu jangan merasa rendah
diri karena menempuh jalan yang benar walaupun sedikit orang yang
menempuhnya, dan kamu jangan tertipu dengan yang bathil walaupun banyak
orang yang mengamalkannya.” [Minhajul Taksis wat Taqdis fi Kasfi
Syubuhat, Dawud bin Jarjis: 1/84]
Imam Baidhowi rahimahullah berkata: “Yang dimaksud dengan umumnya
manusia adalah orang-orang kafir atau orang-orang bodoh tentang agama
atau pengikut hawa nafsu.” [Tafsir al-Baidhowi: 2/199]
Syaikh Abdurrohman as-Sa’di rahimahullah berkata: “Ayat ini
menjelaskan bahwa kebenaran itu bukan karena banyak pendukungnya, dan
kebathilan itu bukan karena orang yang mengerjakannya sedikit.
Kenyataannya yang mengikuti kebenaran hanya sedikit, sedangkan yang
mengikuti kemungkaran banyak sekali. Kewajiban bagi umat Islam adalah
mengetahui yang benar dan bathil, lihatlah jalan yang ditempuh.”
[Tafsir al-Karimur Rohman: 1/270]
Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata: “Orang yang berakal sehat
jangan tertipu dengan kebanyakan manusia, karena kebenaran tidak
ditentukan karena banyak orang yang berbuat, akan tetapi kebenaran
adalah syariat Allah azza wa jalla yang diturunkan kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.” [Majmu' Fatawa wa Maqolat Ibnu Baz:
1/231]
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya: “Sebagian menusia jika
dilarang dari perbuatannya yang menyimpang dari ajaran syariat Islam
atau menyimpang dari adab Islam berargumen umumnya manusia
mengerjakannya. Jika demikian, bagaimana kita menjawabnya? Mayoritas
bukanlah dasar kebenaran, karena Allah azza wa jalla berfirman (Baca
QS.al-An’am/6:116 dan QS.Yusuf/12:103]. Sedangkan tolak ukur kebenaran
jika Allah azza wa jalla berfirman dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, atau ulama salafush sholih yang berfatwa.” [Majmu'
Fatawa wa Rosa'il, Ibnu Utsaimin: 3/103]
Selanjutnya beliau rahimahullah berkata: “Hendaknya kita tidak
tertipu dengan mayoritas, karena mayoritas kada kala tersesat seperti
ayat diatas (QS.al-An’am/6:116). Dari sisi lain, jika manusia tertipu
dengan mayoritas sehingga dia menduga bahwa dialah yang menang, inilah
penyebab manusia menjadi hina. Kamu jangan berkata: Semua manusia
berbuat demikian, mengapa kami sendiri yang tidak? Kamu jangan tertipu
dengan mayoritas, jangan tertipu dengan umumnya orang yang hancur
akidah dan akhlaknya sehingga kamu hancur bersama mereka, dan janganlah
kamu tertipu dengan orang yang sukses, sehingga kamu termasuk orang
yang sombong, sehingga kamu tinggalkan golongan yang sedikit, sebab
boleh jadi yang sedikit itu lebih baik dari pada yang mayoritas.”
[al-Qoulul Mufid ala Kitabut Tauhid: 1/7]
Tabiat Dasar Manusia Menurut Al-Qur’an
Pada saat manusia lahir, dia suci dari dosa, karena akal dan indra
mereka belum bekerja dengan sempurna. Setelah mereka dewasa dan
mengenal lingkungan, terkadang mereka dikalahkan oleh hawa nafsunya
sehingga dirinya menjadi hina. Berikut ini tabiat dasar manusia menurut
al-Qur’an.
Tabiat-tabiat ini merupakan bukti bahwa sifat dasar manusia adalah
menyimpang maka hendaknya kita mengikuti syariat Allah, bukan mengikuti
mayoritas manusia.
1. Berbuat zalim
إِنَّ الإنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” [QS.Ibrahim/14:34]
2. Putus asa dari rahmat Allah azza wa jalla dan berbuat kufur
إِنَّهُ لَيَئُوسٌ كَفُورٌ
“Pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” [QS.Hud/11 :9]
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata: “Allah azza wa
jalla mengabarkan tabiat manusia, dia itu bodoh lagi menganiaya diri
sendiri, tatkala Allah azza wa jalla merasakan kepada mereka kesehatan,
rezeki dan punya anak, lalu Allah azza wa jalla mencabutnya, tiba-triba
mereka putus asa dan tidak berharap pahalanya.” [Tafsir al-Karimur
Rohman: 1/278]
3. Tergesa-gesa mencari yang baik dan yang buruk
وَكَانَ الإنْسَانُ عَجُولا
“Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” [QS.al-Isro':17: 11]
Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Mereka terburu-buru mencari
kenikmatan dunia walaupun hanya dapat sedikit, dan lamban mencari
akhirat padahal pahalanya cukup besar.” [Tafsir al-Qurthubi/10: 226]
4. Bakhil dalam beramal dan berinfak
وَكَانَ الإنْسَانُ قَتُورًا
“Dan adalah manusia itu sangat kikir.” [QS.al-Isro'/17: 100]
5. Suka membantah ajaran Islam
وَكَانَ الإنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلا
“Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” [QS.al-Kahfi/18: 54]
Ibnu Zaid rahimahullah berkata: “Manusia banyak membantah nabinya
dan menolak risalah yang dibawanya.” [Tafsir ad-Durul Mansur: 6/376]
6. Sangat bodoh
إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا
“Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” [QS.al-Ahzab/33: 72]
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Manusia itu menganiaya
dirinya sendiri dan sangat bodoh dengan perintah Allah dan bodoh
membawa amanat.” [Tafsir al-Baghowi: 6/380]
7. Berkeluh kesah
إِنَّ الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” [QS.al-Ma'arij/70:19]
Berkata Syaikh Abdurrohman as-Sa’di rahimahullah: “Mereka mengeluh
ketika ditimpa musibah dan enggan beramal ketika ditimpa kesenangan.”
[Tafsir al-Karimur Rohman: 1/887]
8. Sangat suka berbuat maksiat
بَلْ يُرِيدُ الإنْسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ
“Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus.” [QS.al-Qiyamah/75:5]
Ibnu Anbari rahimahullah berkata: “Manusia lebih suka berbuat jahat
sepanjang umurnya dan tidak ingin bertobat dari perbuatan dosanya.”
[Tafsir Fathul Qodir: 7/362]
9. Melampaui batas dari yang wajib, yang haram dan yang mubah
كَلا إِنَّ الإنْسَانَ لَيَطْغَى
“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas.” [QS.al-'Alaq/96:6]
Al Qurthubi rahimahullah berkata: “Manusia melampaui batas berbuat
aniaya dan keluar dari ketentuan Allah azza wa jalla.” [Tafsir
al-Qurthubi: 6/245]
10. Sedikit bersyukur
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
“Dan sedikit sekali dari hamba-hambaku yang berterima kasih.” [QS.Saba'/34:13]
11. Memiliki sifat lemah jiwa, mudah tergoda
وَخُلِقَ الإنْسَانُ ضَعِيفًا
“Dan manusia dijadikan bersifat lemah.” [QS.an-Nisa'/4:28]
Imam Mujahid rahimahullah berkata: “Manusia lemah jiwa dan
semangatnya.” Berkata Thowus rahimahullah: “Mereka lemah menghadapi
godaan wanita.” [Tafsir Ibnu Katsir: 2/267]
Semua sifat mereka yang jelek ini dan apa yang dikatakan oleh Allah
azza wa jalla memang benar menurut kenyataan, lalu bagaimana manusia
menyandarkan kebenaran kepada kenyataan yang hina, dan jika sifat yang
hina ini dijadikan pegangan hidup manusia tanpa disadari dinul Islam,
tentu semua manusia sesat didunia dan diakhiratnya. Firman-Nya azza wa
jalla:
وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ
“Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
[QS.Ali Imron/3:164]
Allah azza wa jalla mengingatkan peristiwa keadaan sahabat yang
mulanya kafir sebelum masuk Islam, dengan akal dan hawa nafsunya mereka
bertengkar satu sama lain, bunuh membunuh, tindas menindas, menghina
kedudukan wanita, yang kuat yang menang. Inilah asal tabiat manusia
bila dikendalikan oleh hawa nafsunya. Allah azza wa jalla berfirman:
وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً
فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
“Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.”
[QS.Ali Imron/3:103]
Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Makna ‘karena nikmat Allah’
kamu menjadi bersaudara didalam agama yaitu nikmat dinul Islam.”
[Tafsir al-Qurthubi: 4/164]
Jika demikian keberadaan pribadi manusia yang jelek sebab mengikuti
hawa nafsunya, maka bagaimana manusia bersandar kepada umumnya? Sungguh
amat hina hidupnya.
Tabiat Mayoritas Manusia Menurut Al-Qur’an
Setelah kita mengetahui tabiat pribadi manusia menurut al-Qur’an, mari
kita melihat keberadaan umumnya manusia sebelum menerima ajaran Islam,
bagaimana kehidupan mereka?
1. Umumnya tidak beriman
إِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يُؤْمِنُونَ
“Sesungguhnya (al Qur’an) itu benar-benar dari Robbmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.” [QS.Hud/11: 17]
2. Umumnya menolak ajaran Islam
وَلَقَدْ صَرَّفْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلا كُفُورًا
“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam
al-Qur’an ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia
tidak menyukai kecuali mengingkari(nya).” [QS.al-Isro'/17: 89]
3. Umumnya mereka membenci ajaran Islam
وَأَكْثَرُهُمْ لِلْحَقِّ كَارِهُونَ
“Dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran.” [QS.al-Mukminun/23: 70]
4. Umumnya berbuat curang
وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْخُلَطَاءِ لَيَبْغِي بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ
إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَا هُمْ
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu
sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang sholih; dan amal
sedikit lah mereka ini.” [QS.Shod/38: 24]
Allah azza wa jalla mengabarkan bahwa orang yang benar itu jumlahnya
sedikit, akan tetapi sedikit itu tidak membahayakan dirinya.
5. Prinsipnya hanya dugaan belaka
وَمَا يَتَّبِعُ أَكْثَرُهُمْ إِلا ظَنًّا إِنَّ الظَّنَّ لا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ
“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja.
Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai
kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan.” [QS.Yunus/10: 36]
6. Umumnya manusia bodoh, tidak tahu Islam
وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ
“Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” [QS.al-An'am/6: 111]
Inilah umumnya sifat manusia, jika mereka mengikuti umumnya pasti
akan rusak agama dan akhlaknya, dan pasti hina hidupnya di dunia dan di
akhirat.
Mayoritas Umat Menurut as Sunnah
As-Sunnah atau hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
merupakan bagian daripada wahyu Allah azza wa jalla yang juga memiliki
kedudukan sama seperti al-Qur’an dalam hal wajibnya kita berpegang
teguh dan beramal, sekalipun beda defisini antara keduanya. Karena
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah berbicara masalah urusan
ad-Din melainkan berdasarkan wahyu. [Baca QS.an-Najm/53:3-4]
Mayoritas menurut penilaian as-Sunnah pun tidaklah menunjukkan bukti
suatu kebenaran, oleh karena itu beliau diutus untuk menghukumi mereka
dan bukan sebaliknya. [Baca QS.an-Nisa'/4:105]
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Kamu jumpai manusia seperti seratus unta, tidaklah seorang itu menjumpai untanya yang dapat ditungganginya.” [HR.Muslim: 7/192]
Maksudnya yaitu manusia itu jumlahnya banyak, akan tetapi yang
diridhoi Allah azza wa jalla hanya sedikit. Seperti seratus ekor unta
akan tetapi hanya satu yang bisa ditunggangi. Hadits ini menunjukkan
abad yang hina pada akhir zaman. [Syarah Ibnu Bathol: 19/274, ad-Dibaj
alal Muslim: 5/491]
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Aku diperlihatkan neraka, tiba-tiba penghuninya mayoritas wanita yang
kufur, lalu ada yang bertanya: “Apakah mereka kufur kepada Allah?”
Beliau menjawab: “Mereka mengkufuri kebaikan keluarga dan mengingkari
kebaikan suami, seandainya kamu berbuat baik kepada salah satu di
antara mereka selama satu tahun, lalu dia melihat kamu sedikit perkara
yang dibenci, dia berkata: “Saya tidak pernah melihat kebaikan dirimu
sedikitpun.” [HR.al-Bukhari: 1/59]
Hadits ini menunjukkan mayoritas wanita kurang baik agama dan akhlaknya. Maka bagaimana jika suami mengikuti wanita?
Abdullah bin Amr bin al-Ash berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak menahan ilmu dari manusia dengan cara
merenggut, tetapi dengan mewafatkan ulama, sehingga tidak lagi tersisa
seorang alim, maka orang-orang mengangkat pemimpin-pemimpinnya yang
dungu lalu ditanya dan dia memberi fatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka
sesat dan menyesatkan.” [HR.al-Bukhari: 1/44 dan lainnya]
Hadits ini menunjukkan bahwa pemimpin umat atau pengikutnya banyak yang bodoh, tidak tahu ajaran Islam yang benar.
Umumnya umat Islam banyak yang masuk neraka kecuali satu golongan
sebagaimana hadits yang tertera berikutnya. Umumnya orang Islam taklid
atau mengikuti orang yang tersesat, maka bagaimana dengan orang selain
muslim? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sungguh kamu sekalian akan mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu
sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga walaupun
mereka masuk ke dalam sarang biawak kamu sekalian pun akan mengikuti
mereka. Kami bertanya: “Wahai Rasulullah, orang-orang Yahudi dan
orang-orang Nasrani? Beliau menjawab: Lalu siapa lagi selain mereka?”
[HR.al-Bukhari: 3/1274]
Inilah sebagian dalil yang menerangkan mayoritas manusia yang jelek
perangainya menurut Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bahaya Mengikuti Masyarakat Umum
Dengan bukti dalil di atas yang menjelaskan berbagai macam tabiat
manusia yang buruk, dan kenyataan masyarakat pada umumnya, maka orang
yang mengikuti umumnya manusia yang dasarnya hanya perkiraan dan hawa
nafsu, pasti berbahaya di dunia dan di akhirat. Adapun di antara
bahayanya:
1. Manusia pasti dijauhkan dari ajaran Islam
Karena hawa nafsu pasti tidak menerima ajaran Islam. Silahkan baca QS.al-An’am/6: 116 di atas.
2. Hidup manusia pasti dilanda kesedihan dan kehancuran
وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الأمْرِ لَعَنِتُّمْ
“Dan ketahuilah oleh bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia
menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan
mendapat kesusahan.” [QS.al-Hujuroot/49: 7]
Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Seandainya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam segera menuruti kemauan kalian sebelum jelas
perkaranya, kalian pasti memperoleh kesulitan, kehancuran dan
berlumuran dengan dosa.” [Tafsir al-Qurthubi: 16/314 dan al-Baghowi:
7/339]
3. Penyebab datang musibah dan kebinasaan
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ
“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah
langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya.”
[QS.al-Mukminun/23: 71]
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Hendaklah kalian waspada
kepada perkata yang dikerjakan oleh sebagian manusia, karena mereka
membangun akidah atau amalnya berpijak kepada pendapat orang tertentu.
Apabila mereka mengetahui dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang
menyelisihi pendapatnya, mereka memalingkan makna nash tersebut sesuai
dengan hawa nafsunya, mereka memaksakan al-Qur’an dan as-Sunnah agar
mengikuti kehendaknya, padahal mestinya merekalah yang harus mengikuti
al-Qur’an dan as-Sunnah, mereka menjadikan selainnya keduanya sebagai
imam panutan. Inilah jalannya penyembah hawa nafsu, mereka tidak
mengikuti kebenaran, maka Allah mencela mereka dengan
QS.al-Mukminun/23:71 (diatas).” [Majmu' Fatawa wa Rosa'il, Ibnu
Utsaimin: 3/259]
4. Mereka menjadi budak orang yang berkuasa
Orang yang mengikuti umumnya manusia kebanyakan mereka bodoh, tidak
mengenal ajaran Islam, sehingga sandaran mereka berpijak kepada tokoh
yang berwibawa, padahal dasar bertindak dari tokoh ini ialah hawa nafsu
dan dugaan belaka, sedangkan hawa nafsu selalu berubah, pagi hari lain
dengan sore hari, maka dengan kekuasaannya mereka mengajak umat
bagaikan bola yang ditendang kesana kemari. Lihat kehidupan orang yang
fanatik kepada golongan. Baca QS.as-Saba’/34: 33 Tentang penyesalan
mereka pada hari kiamat.
5. Hidup mereka pasti berpecah belah
Setiap manusia memiliki pikiran dan keinginan yang berbeda, sedangkan
mereka tidak memiliki pemersatunya. Adapun Islam sebagai satu-satunya
pemersatu umat mereka membenci dan menolaknya, mereka hanya bangga
dengan hawa nafsu dan golongannya. [Baca QS.ar-Rum/30: 31-32]
6. Mereka pencela Islam dan mengolok-ngolok pengikutnya
وَمَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُون
“Dan tidak datang seorang rosul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokannya.” [QS.al-Hijr/15: 11]
Perhatikan orang yang mengandalkan hawa nafsunya, pasti
mengolok-ngolok orang yang menyampaikan ajaran Islam dan yang
mengamalkannya, dan mendiamkan orang yang berbuat maksiat, bid’ah dan
syirik.
7. Hidupnya bagaikan hewan yang dikendalikan oleh hawa nafsunya
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلا كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلا
“Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau
memahami. Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak,
bahkan mereka lebihsesat jalannya (dari binatang ternak itu).”
[QS.al-Furqon/25: 44]
8. Umumnya mereka ahli neraka
Inilah bahaya yang paling berat bagi orang yang mengikuti umumnya
manusia hendaknya mereka waspada bahwa manusia akan dihisab amalnya.
إِلا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ
رَبِّكَ لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah
Allah menciptakan mereka. Kalimat Robbmu (keputusan-Nya) telah
ditetapkan, sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin
dan manusia (yang durhaka) semuanya.” [QS.Hud/11: 119]
10. Mereka pasti menyesal
Selagi akal manusia masih sehat, dia pasti menyesal karena mengikuti
umumnya manusia, yaitu mereka banyak menipu orang lain untuk
kepentingan pribadi dan hawa nafsunya.
فَلَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
“Maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia) niscaya kami
menjadi orang-orang yang beriman.” [QS.asy-Syu'aro'/26: 102]
Jangan Biarkan Dirimu Menyesal Di Kemudian Hari
Orang yang mengikuti mayoritas pasti menyesal di kemudian hari. Sebagaimana firman Allah azza wa jalla:
وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ
مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ
أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ
“Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat
kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka,
sebagaimana mereka berlepas diri dari kami. Demikianlah Allah
memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi
mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api neraka.”
[QS.al-Baqoroh/2: 16]
Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Para pengikut berkata:
“Seandainya kami dikembalikan ke dunia maka kami beramal sholih dan
kami berlepas diri dari mereka sebagaimana mereka membiarkan kita
ketika datang siksa ini.” [Tafsir al-Qurthubi: 2/206]
وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan
(peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni
neraka yang menyala-nyala”. [QS.al-Mulk/67: 10]
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Mereka kembali dalam keadaan mengeluh dan menyesal.” [Tafsir Ibnu Katsir: 2/119]
Dan masih banyak ayat lain yang menjelaskan penyesalan mereka pada
hari Kiamat, silahkan baca QS.al-Mukminun/23: 106, QS.al-An’am/6:
27-29, QS.az-Zukhruf/43: 67, QS.Fushshilat/41: 29 dan surat lainnya.
Golongan Yang Selamat Dan Yang Benar
Golongan yang selamat dan benar umumnya hanya sedikit. Firman Allah azza wa jalla:
بَلْ طَبَعَ اللَّهُ عَلَيْهَا بِكُفْرِهِمْ فَلا يُؤْمِنُونَ إِلا قَلِيلا
“Bahkan sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena
kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebagian kecil
dari mereka.” [QS.an-Nisa'/4: 155]
Demikian juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan
kepada kita bahwa jumlah umatnya yang di atas sunnah pun hanya sedikit.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Islam itu mulanya aneh dan akan kembali aneh seperti mulanya.” [HR.Muslim 1/90, bersumber dari Ibnu Umar]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa umatnya
pada akhir zaman lebih banyak mengikuti hawa nafsu daripada mengikuti
sunnah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Dan akan terpecah belah umatku ini menjadi tujuh puluh tiga millah,
semuanya di Neraka kecuali satu millah. Lalu ada yang bertanya:
Siapakah yang satu itu? Beliau menjawab: Orang yang mengikuti saya pada
hari ini dan mengikuti sahabatku.” [HR.Tirmidzi: 6/141 dan lainnya,
dihasankan oleh al-Albani, al-Miskat: 171]
Hadits ini menjelaskan kepada kita umat Islam bahwa golongan yang
selamat dari api neraka dan golongan yang haq hanyalah orang yang
mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sunnah
para sahabatnya.
Syaikh Muhammad al-Mubarokfuri rahimahullah berkata: “Golongan yang
selamat adalah ahli Sunnah yang jernih pengikut Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan jalannya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam yang jernih.” [Tuhfatul Ahwadzi: 6/440]
Imam al-Munawi rahimahullah berkata: “Sedangkan sumber golongan yang
tersesat dari umat ini ada enam: Khawarij, Qodariyyah, Jahmiyyah,
Murjiah, Rofidhoh, dan Jabriyah, masing-masing berpecah belah menjadi
dua belas golongan, sehingga jumlah keseluruhan tujuh pula dua.”
[Faidhul Qodir: 2/27]
Berkata Syaikh Sholih Fauzan hafizhahullah: “Sabda beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Orang yang mengikuti sunnahku hari ini
dan sahabatku, mereka adalah golongan yang selamat seperti yang
dijelaskan oleh Allah azza wa jalla di dalam QS.at-Taubah/9: 100.
[Maqolat oleh Syaikh Sholih Fauzan: 2/23]
Golongan yang selamat ini, tidak boleh bersedih dan berkecil hati.
Walaupun jumlahnya hanya sedikit akan tetapi tetap menang bila melawan
orang ahli bid’ah dan kelompok yang tersesat. Allah azza wa jalla
berfirman:
مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan
golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang
yang sabar.” [QS.al-Baqoroh/2: 249]
Allah azza wa jalla akan menghinakan kelompok umat yang tersesat,
walaupun jumlah mereka banyak, karena orang yang tersesat mereka
mengikuti hawa nafsu dan mencari keuntungan dunia. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Bahkan jumlahmu pada hari itu banyak, akan tetapi kalian bagaikan buih
seperti kotoran buih yang di atas air.” [HR.Abu Dawud: 2/514.
Dishohihkan oleh al-ALbani, Silsilah Shohihah: 2/647]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Senantiasa golongan dari umatku ini membela kebenaran [mereka menang]
tidak lah membahayakan bagi mereka orang yang menyelesihinya sampai
datang ketentuan Allah, sedangkan dia tetap menang.” [HR.Muslim: 6/52,
bersumber dari Shohabat Tsauban]
Imam al-Bukhari rahimahullah berkata: “Yang dimaksud dengan
‘golongan’ di dalam hadits ini adalah orang yang mengilmui sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” [HR.al-Bukhari: 6/2666]
Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Yang dimaksud dengan ‘golongan’ di
dalam hadits ini jika bukan ahli hadits saya tidak tahu siapa mereka?”
[Tausiril Azizil Hamid: 1/330]
Imam an Nawawi rahimahullah berkata: “Yang dimaksud dengan
‘golongan’ di dalam hadits ini: Orang yang berani berperang membela
agama Allah, sebagian mereka ahli fiqih, sebagian mereka ahli hadits,
sebagian mereka ahli zuhud dan memerintahkan yang ma’ruf dan nahi
mungkar, dan sebagian mereka golongan yang baik yang lain, mereka
tidak harus bersatu di dalam satu tempat, boleh jadi penyebar di semua
penjuru bumi.” [Syarah an-Nawawi 'ala Muslim: 6/400]
Semua keterangan di atas memberi kabar gembira kepada orang yang
berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
mereka pasti menang di dalam berhujjah dan di bela oleh Allah azza wa
jalla sekalipun jumlahnya hanya sedikit. Firman Allah azza wa jalla:
قُلْ لا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ
“Katakanlah: Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu…” [QS.al-Maidah/5: 100]
Selanjutnya agar kita tidak tertipu oleh musuh-musuh Allah azza wa
jalla yang berselimut di dalam wadah dan kelompok, maka kita wajib
menuntut ilmu syar’i kepada orang-orang yang membela Sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sunnah para sahabatnya, mereka adalah
ahli hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan menuntut
ilmu kita akan mengetahui orang yang tersesat dan mnyesatkan dan
mengetahui orang yang menuntun kita kepada petunjuk Allah azza wa jalla
dan Sunnah Rasul-Nya.
Hendaknya kita menjauhi orang yang berpegang kepada rasio atau hawa
nafsunya, karena mereka pasti memusuhi ajaran Islam dan memusuhi orang
yang beriman.
Imam Habbatullah bin Hasan al-Lalikay rahimahullah berkata: “Tanda
orang ahli bid’ah dia mencaci ahli atsar ahli hadits.” [I'tiqodi Ahlis
Sunnah: 1/179]
Imam Hasan al-Bashri rahimahullah berkata: “Janganlah kamu berteman
kepada ahli bid’ah, karena dia akan menyakitkan hatimu.” [I'tishom:
1/172]
Sebagai umat Islam hendaknya kita bersabar tatkala ditimpa fitnah
yang datang dari ahli bid’ah dan hendaknya istiqomah di atas yang haq,
karena para pendahulu kita dimenangkan oleh Allah azza wa jalla karena
keistiqomahan mereka di atas dua perkata ini.
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah
mereka menyakini ayat-ayat Kami.” [QS.as-Sajdah/32: 24]
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Maka dengan bersabar akan
ditinggalkan syahwat dan dengan yakin di atas yang haq akan tergusur
kerancuan atau syubhat.” [Iqtidho' Sirothol Mustaqim li Mukholafatil
Ashabil Jahim: 1/120]
Upaya lain agar kita tidak menjadi ajang bagi musuh-musuh Islam,
hendaknya kita tidak ambisi dunia, karena di antara yang menjadi sebab
jauhnya dari dinul Islam adalah karena cinta dunia. Allah azza wa jalla
mengingatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umatnya:
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang yang menyeru Rabbnya
di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah
kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan
kehidupan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya
telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya
dan adalah keadaannya itu melewati batas.” [QS.al-Kahfi/18: 28]
Akhirnya kita mohon kepada Allah azza wa jalla semoga kita
senantiasa diberi petunjuk dan dijauhkan dari menyembah hawa nafsu dan
pemikiran orang.
Wallahu A’lam.
Sumber: Disalin dari Majalah al-Furqon Edisi 5 Tahun Kesembilan, Dzulhijjah 1430, Nop-Des 2009 Hal.6-1
0 komentar:
Posting Komentar