Kegiatan Belajar 1
Pengertian dan Manfaat Keterampilan
Berbahasa
Dalam berkomunikasi kita menggunakann keterampilan
berbahasa yang telah kita miliki, seberapapun tingkat atau kualitas
keterampilan itu. Ada orang yang memiliki keterampilan berbahasa secara optimal
sehingga setiap tujuan komunikasinya mudah tercapai. Namun, ada pula orang yang
sangat lemah tingkat keterampilannya sehingga bukan tujuan komunikasinya
tercapai, tetapi malah terjadi salah pengertian yang berakibat suasana
komunikasi menjadi buruk. Berikut ini Anda diajak mempelajari pengertian
keterampilan berbahasa serta manfaat penguasaan terhadap keterampilan tersebut.
A.
KETERAMPILAN BERBAHASA
Mari kita perhatikan kehidupan dakan masyarakat.
Anggota-anggota suatu masayarakat saling berhubungan dengan cara komunikasi.
Secara sederhana komunikasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Transmisi
Gambar 1.1
Diagram Komunikasi satu arah
|
Seperti digambarkan melalui diagram di atas, si
pengirim pesan aktif memilih pesan yang akan disampaikan, memformulasikannya
dalam wujud lambang-lambang berupa bunyi/tulisan. Proses demikian disebut
proses encoding. Kemudian, lambang-lambang berupa bunyi/tulisan tersebut
disampaikan kepada penerima. Selanjutnya, si penerima pesan aktif menerjemahkan
lambang-lambang berupa bunyi/tulisan tersebut menjadi makna sehingga pesan
tersebut dapat diterima secara utuh. Proses tersebut disebut proses decoding.
Jadi, kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut harus
sama-sama memiliki keterampilan, yaitu pengirim harus memiliki keterampilan
memilih lambang-lambang (bunyi/tulisan) guna menyampaikan pesan, dan si
penerima harus terampil member makna terhadap lambang-lambang (bunyi/tulisan)
yang berisi pesan yang disampaikan.
Dalam komunikasi, si pengirim mungkin menyampaikan
pesan berupa pikiran, perasaan, fakta, kehendak dengan menggunakan
lambang-lambang berupa bunti-bunyi bahasa yang diucapkan. Dengan kata lain
dalam proses encoding si pengirim mengubah pesan menjadi bentuk-bentuk
bahasa yang berupa bunyi-bunyi yang diucapkan. Selanjutnya, pesan yang
diformulasikan dalam wujud bunyi-bunyi (bahasa lisan) tersebut disampaikan
kepada penerima. Aktivitas tersenut biasa kita kenal dengan istilah berbicara.
Di pihak lain, si penerima melakukan aktivitas decoding berupa
pengubahan bentuk-bentuk bahasa yang berupa bunyi-bunyi lisan tersebut kembali
menjadi pesan. Aktivitas tersebut biasa kita sebut dengan istilah mendengarkan
(menyimak).
Ada pula pengirim menyampaikan pesan itu dengan
menggunakan lambang-lambang berupa tulisan. Dalam proses encoding, si pengirim
mengubah pesan menjadi bentuk-bentuk bahasa tertulis, kemudian dikirimkan
kepada penerima. Aktivitas tersebut biasa kita sebut dengan istilah menulis.
Kemudian, si penerima dalam proses decoding berupaya memaknai bentuk-bentuk
bahasa tertuls itu sehingga pesan dapat diterima secara utuh. Aktivitas
tersebut kita kenal dengan istilah membaca.
Dalam kenyataan, aktivitas komunikasi dalam wujud
berbicara, mendengarkan, menulis, dan membaca tidaklah sederhana gambaran pada
gambar 1.1, yang bersifat satu arah. Komunikasi yang terjadi sering pula
bersifta 2 arah, seperti tergambar dalam gambar 1.2 berikut ini.
A B
Pesan →
Encoding → Lambang
|
→
|
Lambang → Decoding → Pesan
|
Transmisi
|
||
Lambang ←
Decoding ← Lambang
|
←
|
Lambang ←
Encoding ← Lambang
|
Gambar 1.2
Diagram komunikasi dua arah
Bahkan,
komunikasi sering pula terjadi dalam wujud multiarah, sperti digambrakn dalam
berikut ini.
Gambar 1.3
Diagram Komunikasi Multiarah
Komunikasi sesungguhnya terjadi dalam suatu konteks
kehiduoan yang dinamis, dalam suatu konteks budaya. Dalam komunikasi yang
sesungguhnya, ketika melakukan proses encodings pengirim berada dalam
sutau konteks yang berupa ruang, waktu, peran, serta konteks budaya yang
menjadi latar belakang perngirm dan penerima Keberhasilan suatu komunikasi
sangat bergantung kepada proses encoding dan decoding yang sesuai
dengan konteks komunikasi. Seseorang dikatakan memiliki keterampilan berbahasa
dalam posisi sebagai pengirim pesan, dalam proses encoding ia sampai
terampil memilih bentuk-bentuk bahasa yang tepat, sesuai dengan konteks
komunikasi. Kemudian ia dapat dikatakan memiliki keterampilan berbahasa dalam
posisi sebagai penerima pesan, dalam proses decoding ia mampu mengubah
bentuk-bentuk bahasa yang diterimanya dalam suatu konteks komunikasi menjadi
pesan yang utuh, yang sama dengan yang dimaksudkan oleh si pengirim. Dengan
kata lain, seseorang dikatakan memiliki keterampilan berbicara apabila yang
bersangkuran terampil memilih bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat, serta
tekanan dan nada) secara tepat serta memformulasikannya secara tepat pula untuk
menyampaikan pikiran, persaan, gagasan, fakta, perbuatan dalam suatu konteks
komuunikasi. Kemudian, seseorang dikatakan terampil mendengarkan (menyimak)
apabila yang bersangkutan memiliki kemampuan menafsirkan makna dari bunyi-bunyi
bahasa (berupa kata, kalimat, tekanan, dan nada) yang disampaikan pembicara
dalam suatu konteks komunikasi. Selanjutnya, seseorang dikatakan memiliki
keterampilan menulis bila yang bersangkutan dapat memilih bentuk-bentuk bahasa
tertulis (berupa kata, kalimat, paragraph) serta menggunakan retorika
(organisasi tulisan) yang tepat guna mengutarakan pikiran, perasaan, gagasan,
fakta. Terakhir, seseorang dikatakn terampil membaca bila yang bersangkutan
dapat menafsirkan makna dan bentuk-bentuk bahasa tertulis (berupa kata,
kalimat, paragraph, organisasi tulisan) yang dibacanya.
B.
MANFAAT KETERAMPILAN BERBAHASA
Dapat dibayangkan apabila kita tidak memiliki
kemampuan berbahasa. Kita tidak dapat mengungkapkan pikiran, tidak dapat
mengekspresikan perasaan, dan tidak dapat melaporkan fakta-fakta yang kita
amati. Di pihak lain, kita tidak dapat memahami pikiran, perasaan, gagasan, dan
fakta yang disampaikan oleh orang kepada kita.
Jangankan tidak memiliki kemampuan, seperti yang
dikemukakan di atas, kitapun akan mengalami apabila keterampilan berbahasa yang
kita miliki tergolong rendah. Sebagai guru, kita akan mengalami kesulitan dalam
menyajikan materi pelajaran kepada para siswa bila keterampilan berbicara yang
kita miliki tidak memadai atau dipihak lain para siswa akan mengalami kesulitan
menangkat pelajaran yang kita sampaikan secara lisan karena keterampilan
berbicara yang kta miliki tidak memadai atau karena kemampuan siswa rendah
dalam mendengarkan. Begitu juga pengetahuan dan kebudayaan tidak akan dapat
disampaikan dengan sempurna, bahkan tidak akan dapat disampaikan dengan
sempurna, bahkan tidak akan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya apabila
kita tidak dapat memperoleh pengetahuan yang disampaikan para pakar apabila
kita tidak memiliki keterampilan membaca yang memadai.
Banyak contoh lain yang menunjukkan betapa pentingnya
keterampilan berbahasa dalam kehidupan. Bagi seorang menajer misalnya,
keterampilan berbicara memegang peran penting. Ia hanya bisa mengelola karyawan
di departemen atau organisasi yang dipimpinnya apabila ia memilki keterampilan
berbicara. Kepemimpinannya akan berhasil bila didukung pula oleh keterampilan
mendengarkan, membaca, dan juga menulis yang berkaitan dengan profesinya.
Sebaliknya, jabatan sebagai seorang manajer tidak akan pernah dapat diraih
apabila yang bersangkutan tidak dapat meyakinkan otoritas yang berkaitan
melalui keterampilannya berbicara dan menulis.
Profesi-profesi di bidang hubungan masyarakat,
pemasaran/penjualan, politik, hokum (jaksa, hakim, pengacara) adalah
contih-contoh bidang pekerjaan yang mensyaratkan dimilikinya keterampilan
berbahsam baik berbicara, menyimak, menulis, dan membaca.
RANGKUMAN
Keterampilan berbahasa ada empat aspek yaitu
keterampilan berbicara, menyimak, menulis, dan membaca. Dalam berbicara si
pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Kemudian,
dalam menyimak si penerima pesan berupaya member makna terhadap bahasa lisan
yang disampaikan orang lain. Selanjutnya, dalam menulis si pengirim pesan
mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa tulis. Di pihak lain, dalam membaca
si penerima pesan berupaya member makna terhadap bahasa tulis yang disampaikan
orang lain.
Dalam mengirimkan pesan, antara lain si pengirim harus
memiliki keterampilan dalam melakukan proses encoding. Sebaliknya dalam
menerima pesan si penerima harus memilki keterampilan dalam melakukan proses decoding.
Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan
interaksi komunikasi dalam masyarakat yang keberhasilannya, antara lain
bergantung pada tingkat keterampilan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang,
misalnya profesi sebagai manajer, jaksa, pengecara, guru, dan wartawan.
KEGIATAN BELAJAR 2
ASPEK-ASPEK
KETERAMPILAN BERBAHASA
Sehubungan dengan penggunaan bahasa,
terdapat empat keterampilan dasar bahasa, yaitu mendengarkan (menyimak),
berbicara, membaca, dan menulis. Table berikut ini menyajikan jenis
keterampilan tersebut.
Tabel 1.1
Empat jenis
Keterampilan berbahasa
Lisan
|
Tulisan
|
|
Reseptif
|
Mendengarkan
|
Membaca
|
Produktif
|
Berbicara
|
Menulis
|
A.
MENDEGARKAN
Mendengarkan adalah keterampialn
memahami bahasa lisan yang bersifat reseftif. Dengan demikian di sini berarti
bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya.
Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan
melalui proses yang tidak kita sadari sehingga kitapun tidak menyadari begitu
kompleksnya proses pemmerolehan keterampilan mendengar tersebut. Berikut ini
secara singkat disajikan disekripsi mengenai aspek-aspek yang terkait dalam
upaya belajar memahami apa yang kita sajikan dalam bahasa kedua.
Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan
yaitu situasi mendengarkan secara interaktif dan situasi mendengarkan secara
non interaktif. Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap
muka dan percakapan di telepon atau yang sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan
jenis ini kita secara bergantuan melakukan aktivitas mendengarkan dan
memperoleh penjelsan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya
atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian contoh
situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, dan
film, khotbah atau mendengarkan dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi
mendengarkan nonietraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelsanan dari
pembicara, tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.
Berikut ini adalah
keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk
memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus;
1. Menyimpan/mengingat unsure bahasa yang didengar menggunakan daya ingat
jangka pendek (short term memory)
2. Berupaya membedakan bunti-bunyi yang yang membedakan arti dalam bahasa
target,
3. Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intinasi,
menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata,
4. Membedakan dan memahami arti dari kata-kata yang didengar,
5. Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus (typical word-order patterns)
6. Mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasi topic dan gagasan;
7. Menebak makna dari konteks,
8. Mengenal kelas-kelas kata,
9. Menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis,
10. Mengenal perangkat-perangkat kohesif (recognize cohesive devices)
11. Mendeteksi unsure-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi,
dan unsure-unsur lainnya.
B.
BERBICARA
Kemudian sehubungan dengan keterampilan
berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbcara, yaitu interaktif,
semiaktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya
percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan
adanya pergantuan anatara berbicara dan mendengarkan, dan juga memungkinkan
kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kiat dapat memintal lawan berbicara,
memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian ada pula situasi
berbicara yang semiaktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara
langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi
terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari
ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat
dikatakan bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau
televise.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro
yang harus dimiliki dalam berbicara, dimana permbicara harus dapat;
1. Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar daoat
membedakannya;
2. Menggunakan tekanan dan nada serta intonasu secara jelas dan tepat sehingga
pendengar daoat memahami apa yang diucapkan pembicara,
3. Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat
4. Menggunakan register aau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi
komunikasi termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antar pembicara dan
pendengar;
5. Berupaya agar kalimat-kalimat untama jelas bagi pendengar
6. Berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan
ide-ide utama
7. Berupaya agar wacana berpautan secara serasi sehingga pendengar mudah
mengikuti pembicaraa,
C.
MEMBACA
Membaca adalah keterampuilan reseptif
bahasa tulis. Keterampilan memabaca dapat dikemangkan secara tersendiri,
terpisah dari keterampilan mendengar dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat
yang memilki tradisi lireasi yang telah berkembang, serinkali keterampilan
membaca dikembnagkan secara terintergrasi dengan keterampilan menyimak dan
berbicara.
Keterampilan-keterampilan mikro yang
terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki oleh pembicara adalah;
1. Mengenal system tulisan yang digunakan,
2. Mengenal kosakatar,
3. Menentukan kata-kata kunci yang mngindentifikasikan topic dan gagasan
utama,
4. Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis,
5. Mengenal kelas kata gramatikal, kata benda, kata sifat, dan sebagainya
6. Menentukan konstituen-konstiteun dalam kalimat, seperti subjek, predikat,
objek, dan preposisi,
7. Mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis,
8. Merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan dan partisipasi,
9. Menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik
kesimpulan-kesimpulan
10. Menggunakan pengetahun dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan
gramatikal untuk memahami topic utama atau informasi utama
11. Membedakan ide utama dan detail-detail disajikan,
12. Menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca
yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi
secara mendalam,
D.
MENULIS
Menulis adalah keterampilan produktif
dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan
berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa
lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan
kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran
dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
Berikut ini keterampilan-keterampilan
mikro yang diperlukan dalam menulis, di mana penulis perlu untuk;
1. Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan,
2. Memilih kata yang tepat,
3. Menggunakan bentuk kata dengan benar,
4. Mengurutkan kata-kata dengan benar
5. Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca,
6. Memilih genre tulisan yang tepat sesuai dengan pembaca yang dituju,
7. Mengupayakan ide-ide atau informasi utama didukung secara jelas ole
hide-ide atau informasi tambahan,
8. Menguapayakan, terciptanya paragraph, dan keseluruhan tulisan koheren
sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan,
9. Membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca
sasaran mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang
belum mereka ketahui dan penting untuk ditulis.
RANGKUMAN
Ada 4 aspek keterampilan berbahasa
Indonesia, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis.
Mendengarkan dan berbicara merupakan aspek keterampilan berbahasa ragam lisan,
sedangkan membaca dan menulis merupakan aspek ktereampilan berbhasa ragam
tulis. Mendengarkan dan membaca adalah keterampilan berbahasa bersifat
reseptif, sedangkan berbicara dan menulis adalah keterampilan berbahasa
bersifat produktif. Untuk menguasai keempat jenis keterampilan berbahasa
tersebut seseorang harus menguasai keterampilan mikro.
KEGIATAN BELAJAR 3
KETEKAITAN ANTARASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA
- HUBUNGAN BERBICARA DENGAN MENDENGARKAN
Menurut Brooks dalam Tarigan
(1994:3), berbicara dan mendengarkan merupakan kegiatan komunikasi dua arah
yang langsung. Apabila kita matai peristiwa-peristiwa komunikasi yang terjadi
dalam masyarakata, pernyataan Brooks itu benar untuk peristiwa komunikasi dalam
siatuasi interaktif, seperti diagram berikut ini.
A B
Gambar 1.4
Diagram Komunikasi Interaktif |
Misalnya komunikasi yang terjadi antarteman, antara
pembeli dan penjual atau dalam suatu kelompok diskusi kelompok. Dalam hal ini A
berbicara dan B mendengarkan. Setelah itu giliran B berbicara dan A
mendengarkan. Namun ada pula dalam suatu konteks komunikasi itu terjadi dalam
situasi noninteraktif, yaitu satu pihak saja yang berbicara dan pihak lain
mendengarkan. Agar lebih jelas, siatuasi komunikasi tersebut digambarkan dalam
diagram berikut ini.
B,C,D,E
A
F,G,H,I
|
Gambar 1.5
Diagram
Komunikasi Noninteraktif
Komunikasi seperti dalam gambar
misalnya berupa khotbah di masjid. Di sini hanya satu pihak yang berbicara.
Pihak lain hanya mendengarkan.
Dawson dalam Tarigan (1994:3)
menjelaskan hubungan antara berbicara dan mendengarkan, sperti berikut ini,
1.
Ujaran biasanya dipeljari melalui
mendengarkan dan meniru. Dengan demikian, materi yang didengarkan dan direkam
dalam ingatan berpengaruh terhadap kecakapan berbicara seseorang,
2.
Ujaran seseorang mencerminkan
pemakaian bahasa di lingkungan keluarga dan masayrakat tempatnya hidup,
misalnya dalam penggunaan intonasi, kosakata, dan pola-pola kalimat,
3.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
kemapuan mendengarkan berarti pula membantu kulitas berbicara,
4.
Bunyi suarua yang didengar merupakan
faktor penting yang berpengaruh terhadap kemampuan berbicara seseorang. Oleh
karena itu suara dan materi yang berkualitas baik yang didengar dari seseroang
guru, rekaman-rekaman atau cerita-cerita yang erbnilai tinggi sangat membantu
anak atau seseoang guru yang sedang belejar berbicara.
Guna melengkapi pembicaraan kita
mengenai hubungan antara berbicara dan mendengarkan, berikut ibi dipaparkan
diagram hubungan tersebut menuruy Tarigan (1994:4) dengan beberapa modifikasi,
Menyimak
|
Sifat
|
Berbicara
|
Langsung
Apresiatif
Reseptif
fungsional
|
Interaktif
Interaktif
|
Langsung/tak
langsung
Prooduktif
Eskpresif
|
Gambar 1.8
Diagram
hubungan berbicara dan mendengarkan
B.
HUBUNGAN MENDENGARKAN DENGAN MEMBACA
Seperti telah disnggung pada
kegiatan terdahulu, mendengarkan dan membaca sama-sama merupakan keterampilan
berbhasa yang bersifat reseptif. Mendengarkan berkaitan dengan penggunaan
bahasa ragam lisan, sedangkan membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis.
Ini sejalan dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Tarigan (1994:4) melalui
diagram berikut ini.
Mendengarkan
|
Reseptif
(menerima
informasi)
|
Lisan (hasil
berbicara)
|
Membaca
|
Tulisan (hasil
menulis)
|
Gambar 1.7
Diagram
hubungan mendengarkan dan membaca
Dalam gambar tersebut bukan hanya
menggambarkan antara mendengarkan dan membaca, melainkan juga memperlihatkan
kaitan antara menyimak dan berbicara serta membaca dan menulis
Sehubungan dengan kaitan antara
mendengrakan dan membaca ini, Subyakto Nababan (1993:153) menjelaskannya dalam
diagram berikut ini.
Keterangan:
M1 = mendengarkan
M2 = membaca
Gambar 1.8
Diagram
mendengarkan dan membaca
Melalui diagram di atas tampak jelas
bahwa baik mendengarkan maupun membaca merupakan kegiatan berbahasa yang
bersifar reseptif. Perbedaannya hanya pada objek yang menjadi focus perhatian
awal yang menjadi stimulus. Pada mendengrakan focus perhatian berupa suara,
sedangkan pada membaca adalah tulisan. Kemudian baik penyimak maupun pembaca
melakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsure-unsur bahasa yang berupa
suara maupun berupa tulisan, yang selanjutnya diikuti dengan proses decoding
guna memperoleh pesan yang berupa konsep, idea tau informasi.
Apabila ditinjau dari sudut
pemetolehan bahasa atau belajar bhasa, aktivitas membaca dapat membantu
seseorang memperoleh kosakata yang berguna bagi pengembangan kemampuan
mendengar pada tahap berikutnya. Jadi, pengenalan terhadap kosakata baru pada
aktivitas membaca akan dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan pada tahap
berikutnya melalui proses pengenalan kembal terhadap kosakata tersebut.
Sehubungan dengan pembelajaran
bahasa, Tarigan (1994;4-5) menyatakan bahwa mendengarkan pun merupakan faktir
penting dakan belajar bahasa secara aktif. Pertunjuk-petunjuk mengenai stretegi
membaca secara efektif. Petunjuk-petunjuk mengenai strategi membaca sering
disampaikan guru di kelas dengan menggunakan bahasa lisan. Untuk itu, kemampuan
murid dalam mendengarkab dengan pemahaman yang sangat penting.
Dari uarian di atas, kita dapat
mengajukan hipotesis bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara kemampuan
mendengar dan membaca pada kelas-kelas yang relative tunggi. Apabila terdapat
peningkatan pada kemampuan yang satu maka akan diikuti dengan peningkatan pad
kemampuan yang lain (Tarigan, 1994:5).
C. HUBUNGAN
MEMBACA DENGAN MENULIS
Mnulis adalah kegiatan berbhasa yang
bersifat produktif, sedangkan membaca merupakan kegiatan membaca yang bersifat
reseptif. Seseorang menulis guna menyampaikan gagasan, perasaan, atau informasi
dalam bentuk tulisan. Sebaliknya seseorang membaca guna memahami gagasan,
perasaaan atau informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan tersebut.
Dalam menulis, seseorang harus
melalui tahap-tahap perencaan, penulisan, dan revisi. Dalam melakukan
perencanaan seringkali penulis melakukan aktivtas membaca yang ekstensif dan
intensif guna menelusiri informasi, konspe-konsep, atau gagasan-gagasan yang
akan dijadikan bagian dari bahan tulisannya. Kemudian, dalam proses penulisan
si penulis sering melakukan revisi-revisi dengan cara membaca, lalu menulis
kembali secara berulang-ulang.
Dalam kegiatan membaca, pemahaman
seingkalai kita harus menulis catatan-catatan, bagan, rangkuman, dan komentar
mengenai isi bacaan, guna menunjang pemahaman kita terhadapa isi bacaan. Selain
itu, mungkin kita pula terdorong untuk menulis resensi atau kritik terhadapa
suatu tulisan yang telah kita baca.
D. HUBUNGAN
MENULIS DENGAN BERBICARA
Subyakto-Nababan (1993:153) dan
Tarigan menjelaskna bahwa baik berbicara maupun menulis adalah kegiatan
berbahasa yang bersifat produktif. Berbicara merupakan kegiatan berbahasa tagam
lisan, sedangkan menulis adalah kegiatan berbahasa ragam tulis. Kemudian,
kegiatan menulis pada umumnya merupakan kegiatan berbahasa tak langsung,
sedangkan berbicara pada ummunya bersifat langsung. Ini berarti ada kegiatan menulis
yang bersifat langsung, misalnya komunikasi tulis dengan menggunakan telepon
seluler (sms) dan dengan menggunakan internet (chatting). Sebaliknya adapula
kegiatan berbicara secara tidak langsung misalnya melalui pengiriman pesan
suara melalui telepon seluler. Subyakto-Nababan menjelaskan dengan diagram
berikut ini,
Keterangan;
M= menulis
B=berbicara
RANGKUMAN
Berbicara dan mendengarkan adalah
dua jenis keterampilan berbahasa lisan yang sangat erat kaitannya. Berbicara
bersifat produktif, sedangkan mendengarkan bersifat reseptif. Dua jenis
keterampilan lainnya adalah menulis dan membaca. Keduanya merupakan jenis
keterampilan berbahasa ragam tulis. Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang
bersifat profuktif. Sedangkan membaca bersifar reseptif. Dalam pemerolehan atau
belajar suatu bahasa keterampilan berbahasa jenis reseptif tampak banyak
mendukung pemerolehan bahasa jenis produktif. Dalam suatu peristiwa komunikasi,
seringkali beberapa jenis keterampilan berbhasa digunakan bersama-sama guna
mencapai tujuan komunikasi.
0 komentar:
Posting Komentar