Yusuf Jabung

Wirid Ba'da Sholat

(3x) أَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ اَلَّذِي لآ إِلَهَ إِلَّا هُوَ اْلحَيُّ اْلقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
ASTAGHFIRULLOHAL_'ADZHIIM(A) AL-LADZII LAA ILAAHA ILLAA HUWAL KHAYYUL QOYYUUMU WA ATUUBU ILAIH(I). (Dibaca 3x)

  لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
LA_ ILAHA ILLALLOHU WA'HDAHULA_ SYARIIKALAH(U), LAHULMULKU WALAHUL'HAMDU YU'HYII WAYUMIITU WAHUWA 'ALA_KULLI SYAI'IN(g)QODIIR(u). (Dibaca 3x)

اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ وَإِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلاَمُ، فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمُ وَأَدْخِلْنَا اْلجَنَّةَ دَارَ السَّلاَمِ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ يَا ذَاالْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ
ALLOHUMMA AN(g)TASSALA_MU WA MIN(g)KASSALA_MU WA ILAIKA YA'UWDUSSALA_M(u), FAKHAYYINA_ ROBBANA_ BI_SSALA_MU WA ADKHILNALJANNATA DA_ROSSALA_MI TABA_ROKTA ROBBANA_ WA TA'A_LAITA YA_DZA_LJALA_LI WAL IKRO_M(i)

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
A'UUDZU BI_LLAHIMINASY-SYAITHO_NIRROJIIM(i)

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
BISMILLAHIRRO'HMANIRRO'HIIM(i)

الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ. إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اهْدِنَا الصِّرَاطَ اْلمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ اْلمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَآلِّيْنَ. آمِيْنَ
AL'HAMDULILLAHIROBBIL'AaLAMIiN(i) - ARRO'HMANIRRO'HIM(i) - MALIKI YAWMIDDIiN(i) - IYYAKA NA'BUDU WA IYYAKA NASTA'IiN(u) - IHDINASH-SHIRO_THOLMUSTAQIiM(a) - SHIRO_THOLLADZIiNA AN'AMTA 'ALAIHIM GHOIRILMAGH-DHUuBI 'ALAIHIM WALA_DHO_LLIiN(a) - AaMIiN(a).
وَإِلهُكُمْ إِلهٌ وَاحِدٌ لآ إِلهَ إِلَّا هُوَالرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ. اَللهُ لآاِلهَ اِلاَّ هُوَاْلحَيُّ اْلقَيُّوْمُ ج لاَتَأْخُذُه سِنَةٌ وَلاَنَوْمٌ ط لَهُ مَافِى السَّموَاتِ وَمَافِى اْلاَرْضِ قلى مَنْ ذَالَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَه اِلاَّبِاِذْنِه ط يَعْلَمُ مَابَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَاخَلْفَهُمْ ج وَلاَيُحِيْطُوْنَ بِشَيْئٍ مِنْ عِلْمِه اِلاَّبِمَاشَآءَ ج وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّموَاتِ وَاْلاَرْضَ ج وَلاَيَؤدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَالْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
WA ILAAHUKUM ILAAHUW WAA HIDU LAA ILAAHA ILLAA HUWAR ROHMAANUR ROHIIMU. ALLAAHU LAA ILAAHA ILLAA  HUWAL HAYYULQOYYUuM(u). LAA TA’KHUDZUHUU SINATUW WA LAA NAUUM. LAHUU MAA FISSAMAAWAATI WA MAA FIL ARDHI. MAN DZAL LADZII YASFA’U ‘INDAHUU ILLAA BI IDZNIHI. YA’LAMU MAA BAINA AIDIIHIM WA MAA KHALFAHUM. WA LAA YUHITHUUNA BI SYAI-IN MIN ‘ILMIHII ILLAA BI MAASYAA-A. WASI’A KURSIYYUHUSSAMAAWAATI WAL ARDHA. WA LAA YA-UDHUU HIFZHUHUMAA WAHUWAL ‘ALIYYUL AZHIIM

إِلَهَنَا رَبَّنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا سُبْحَانَ اللهِ  
سُبْحَانَ اللهِ
ILAHANA_ ROBBANA_ AN(g)TAMAULA_NA_ SUB'HANALLOH(i)
SUB'HANALLOH (Dibaca 33x)
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ دَائِمًا أَبَدًا اَلْحَمْدُ ِللهِ 
 اَلْحَمْدُ ِللهِ
SUB'HA_NALLOHI WABI'HAMDIHI DA 'IMAN ABADAN AL'HAMDULILLAH(i)
AL'HAMDULILLAH (Dibaca 33x)

اْلحَمْدُ ِللهِ عَلىَ كُلِّ حَالٍ وَفِي كُلِّ حَالٍ وَبِنِعْمَةِ يَا كَرِيْمُ 
اللهُ أَكْبَرُ
AL'HAMDULILLAHI 'ALA KULLI'HA_LINN WAFIiKULLI'HALIN WABINI'MATI YA_KARIiM(u)
ALLOHU AKBAR (Dibaca 33x)

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَاْلحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ
ALLOHU AKBAR(u) KABIiRON WAL'HAMDULILLAHI KATSIiRON WASUB'HA_NALLOHI BUKROTAN WA ASHIiLAN, LA_ILAHA ILLALLOHU WA'HDAHULA_SYARIiKALAH(u), LAHULMULKU WALAHUL'HAMDU YU'HYIi WAYUMIiTU WAHUWA 'ALA_KULLI SYAi IN(g)QODIiR(u). WALA_'HAWLA WALA_QUWWATA ILLA_BI_LLAHIL 'ALIYYIL'ADZHIiM(i).

أَسْتَغْفِرُ اللهَ اْلعَظِيْمَ (ثلاث مرات)، إِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ
ASTAGHFIRULLOHAL_'ADZHIIM(A) (Dibaca 3x), INNALLOHA GHOFUURURO'HIIM(u)

أَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ
AFDHOLUDZ-DZIKRI FA_'LAM ANNAHU...
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
LA ILAHA ILLALLOH(u) (Dibaca 33x)

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَلِمَةُ حَقٍّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوْتُ وَبِهَا نُبْعَثُ إِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ اْلآمِنِيْنَ
LA ILAHA ILLALLOHU MU'HAMMADUROSUULULLOHI SOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM(a), KALIMATU'HAQQIN 'ALAIHA_ NA'HYA_ WA 'ALAIHA_ NAMUUTU WA BIHA_ NUB'A-TSU IN(g)SYA_ 'ALLOHU MINAL AMINIIN(a).

Download File dalam format PDF

KONSEP IBADAH DALAM ISLAM (Materi Taklim Risma Baiturrahman 17 September 2016)

1.   PENGERTIAN IBADAH
Ibadah diambil dari bahasa Arab  yang artinya adalah menyembah. Konsep ibadah memiliki makna yang  luas yang meliputi seluruh aspek kehidupan baik sosial, politik maupun budaya. Ibadah merupakan karakteristik utama dalam sebuah agama, karena pusatnya ajaran agama terletak pada pengabdian seorang hamba  pada Tuhannya. Allah SWT dengan jelas dalam surah An Nisa : 36 menyatakan :
“sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil”
Berbicara tentang ibadah berarti membahas  mengenai posisi  di antara  dua di mana yang satu kedudukannya lebih tinggi dari yang lain seperti hubungan antara seorang majikan dan budaknya. Seorang budak tidak memiliki kekuatan lain kecuali hanya tunduk dan patuh pada perintah majikannya. Seorang budak tentu didasari oleh kesadarannya sebagai hamba yang lemah dan tak berdaya. Oleh karena itu kesadaran ibadah bersifat fitriah, karena manusia menyadari akan kekurangan dan kelemahan dirinya, sehingga ia membutuhkan kekuatan lain yang dapat memberikan  bantuan dan pertolongan. Kecendrungan ini disebutkan oleh Allah di dalam  Al Quran  surah Adz Dzariat : 56,
 
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
 
Ayat ini menjelaskan tentang kecendrungan fitrah manusia untuk beribadah. Tidak  mungkin ada makhluk yang keluar dari kecendrungannya sebagai hamba, namun kecendrungan ini jika tidak diiringi oleh wahyu maka ketundukan manusia sebagai bentuk penghambaan diri pada yang mutlak menjadi pembelengguan   diri manusia, sehingga  manusia jatuh ke dalam derajat yang hina.
 
Ibadah pada asalnya mengandung pengertian rasa hina terhadap yang dipuja. Karena itu  “barangsiapa yang tunduk tetapi ia tidak mencintainya , maka ia bukanlah seorang pengabdi, demikian pula sebaliknya, jika seseorang mencintai tetapi tidak mentaatinya tidak pula ia dikatakan sebagai pengabdi.”
 
B.   TUJUAN IBADAH
 
Ibadah adalah wujud pengabdian seorang hamba pada Tuhan-Nya yang  didasari sikap ikhlas dan  pasrah diri.  Dengan demikian tujuan ibadah tidak lain adalah mendapat Keridhaan Allah SWT semata. Oleh  karena itu, hambanya yang menjalankan  ibadah dengan ikhlas dia akan merasakan dirinya akan selalu dekat dengan Tuhannya, sehingga ibadah  dapat menjadi sarana taqarub ilallah atau  pendekatan diri pada Allah. Melalui jalan taqarub ilallah  Allah,  maka kita baru bisa menyerap sifat sifat ALLAH yang mulia, sehingga mampu melahirkan seorang hamba yang shaleh.
 
“ dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.”
 
Allah SWT menyatakan bahwa dunia ini akan dihuni oleh hamba-hambaku yang sholeh . ayat ini menunjukan bahwa fungsi agama memebrika pencerahan dan kesdaran tentang makna dan arti hidup, sehingga manusia dapat menyadari tujuan hidupnya dan mampu menjalanksn fungsinya sebagai hamba yang soleh.dengan demikian Ibadah tidak hanya sarana menciptakan kesalahen individu tetapi juga bagaimana ibadah melahirkan hamba-hamba yang shaleh yang memberi kebaikan dan manfaat bagi orang lain.
C.   JENIS IBADAH
 
Ibadah  terdiri dari 2 jenis  meliputi ibadah mahdoh dan ibadah ghairoh mahdoh.
a.    Ibadah Mahdoh
Ibadah mahdoh adalah ibadah yang dilakukan dalam rangka menjalin hubungan yang baik antara hamba dan Allah SWT.  Kaidah  ibadah mahdoh menyatakan bahwa seluruh ibadah pada asalnya boleh kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Pada jenis ibadah ini diharamkan melakukan  kreativitas  karena   ibadah ini  hanya Allah yang memiliki otoritas penuh dalam memberikan perintah dan mengatur tata caranya. Manusia tidak punya pilihan lain kecuali tunduk dan patuh pada ketetapan hukum yang telah diatur secara terperinci.
b.    Ibadah Ghairo Mahdoh
Sedangkan  ibadah gairo mahdoh adalah ibadah yang dilakukan dalam hubungan antara manusia dengan manusia lainnya. Maka pengertian ibadah ini berlakunya kaidah muamalah yang menyatakan bahwa seluruh ibadah muamalah pada asalnya boleh kecuali ada dalil yang mengharamkannya dengan cemikian dalam masalah ibadah ini terbuka peluang akal untuk melakukan kreativitas dalam menetapkan suatu hukum. Amal ibadah ghairah mahdhoh ini yang memiliki korelasi langsung antara amal shaleh dalam bermuamalah  dengan keimanan seorang . Keimanan yang kuat tentu mendorong manusia untuk bergairah melaksanakan perintah-Nya.
 
MENINGKATKAN KUALITAS IBADAH
 
Allah menerima ibadah kita bukan dilihat dari segi kuantitas atau jumlahnya, namun Allah melihat ibadah seseorang dari segi kualitasnya.
 
Untuk membangun kualitas ibadah yang benar, maka harus dimulai dari dua hal yaitu cinta yang sempurna dan ketundukan dan kepatuhan yang sempurna. Kecintaan yang sempurna harus dilandasi dengan niat yang ikhlas tanpa mengharapkan apa-apa kecuali keridhaan Allah semata. Kecintaan kepada Allah harus di atas segala cinta yang lainnya, dengan demikian tidak ada sesuatu pun yang menjadi tempat kita bergantung kecuali kepada Allah SWT. Bukti cinta kepada Allah tercermin dalam ajaran Tauhid, yaitu larangan mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, baik itu yang mengandung syirik kecil maupun syirik besar.
 
Sementara ketundukan yang sempurna yaitu menjalankan ibadah harus mengikuti seluruh perintah Allah dan menjauhi larangannya. Menurut para ulama, Allah memiliki hak atas hamba-Nya, sebaliknya hamba memiliki hak atas Tuhan. Hak Allah atas hambanya yaitu Allah memiliki hak untuk disembah dengan jalan melaksanakan segala perintah-Nya. Perintah apapun yang kepada hamba tanpa menambah atau mengurangi sedikit pun.
 
Kualitas ibadah seseorang dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu dari segi sumbernya dan dari segi pelaksanaannya.
 
Dilihat dari segi sumbernya ibadah merupakan sebuah kegiatan ritual yang bersumber langsung dari Al Quran dan Hadits. Khususnya pelaksanaan ibadah khas, ibadah ini sudah diatur mekanismenya atau tata caranya secara terperinci.
 
Sementara itu ibadah dilihat dari segi pelaksanaannya, maka landasan utama dalam islam adalah masalah keimanan.
 
 
D.  HUBUNGAN ANTARA IBADAH DAN AKHLAK
 
Ibadah akan memiliki nilai dan makna  ketika pelaksanaan ibadah seseorang dapat mempengaruhi prilaku  kehidupan sehari-hari. Akhlak manusia pada hakikatnya  dapat menjadi ukuran seberapa jauh kedekatan seorang hamba dengan Tuhan-Nya. Tidak mungkin seorang hamba bisa menyerap Sifat-sifat Tuhan yang mulia jika manusia merasa jauh dari Tuhan-Nya. Akhlak dalam islam merupakan salah satu bukti kekuatan iman seseorang yang direalisasikan dalam wujud amal saleh. Oleh karena itu seluruh ajaran agama islam pada hakekatnya bertujuan melakukan pembinaan akhlak.

Diberdayakan oleh Blogger.