Yusuf Jabung
Home » » AGAR HIDUP INI BERMAKNA

AGAR HIDUP INI BERMAKNA

dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila Dia ditimpa kesusahan niscaya Dia berputus asa. Qs. Al Israa : 83

Secara naluri fitrahnya manusia akan menyadari bahwa diciptakannya kehidupan, dihadirkannya dirinya di planet bumi ini dan difasilitasinya kehidupan dengan berbagai keindahan dan kenikmatan dunia bukanlah muncul secara tiba-tiba dan bukan sekedar keisengan belaka dari pencipta alam semesta. Lalu hati nuraninya pun akan berkata bahwa hidup ini untuk dilalui begitu saja tanpa ada arti dan makna, apalagi sebagai mukmin yang meyakini akan adanya hari akhir dan kehidupan akhirat, tentulah hati kita akan senantiasa bertanya; sedang apa, mau apa dan mau ke mana kita ini?

Dengan berbagai pertanyaan tentang kehidupan ini, maka kita akan melihat dan memperhatikan betapa manusia dalam mensikapi kehidupan ini berbeda-beda. Adanya perbedaan sikap hidup manusia itu lahir karena berbedanya cara pandang dan pemahaman manusia terhadap eksistensi dirinya di dunia ini.

Ada manusia yang memandang hidup ini hanyalah sebatas rutinitas belaka, ia bangun dari tidur lalu sholat, mandi, sarapan, kerja/sekolah, kemudian pulang makan siang, nonton televisi, bermain dan berbagai aktivitas lainnya hingga tidur lagi, begitu dan begitu setiap hari, hingga hidupnya tak ubahnya robot yang terprogram dengan jadwal kegiatannya. Hidup seperti ini akan terasa gersang dan membosankan, tak nampak dinamika dan sedikit sekali romantikanya.

Yang kedua ada manusia yang mensikapi hidup ini hanyalah sebuah siklus belaka. Manusia dilahirkan, tumbuh menjadi anak-anak, kemudian remaja, lalu beranjak dewasa, setelah itu berumah tangga dan menghasilkan keturunan, kemudian datanglah masa tua dan akhirnya mati dan kehidupan akan dilanjutkan oleh anak cucunya. Benarkah hidup ini hanya sebatas ini.

Ada lagi manusia yang mensikapi hidup ini adalah permainan belaka hingga dilaluinya hidup ini tanpa arti dan makna, tanpa tujuan dan arahan yang jelas, hingga hidupnya akan terombang-ambing, terpontang-panting oleh derasnya arus kehidupan yang kian hari kian hebat saja, dan pada akhirnya dirinyalah yang akan dipermainkan oleh kehidupannya sendiri. Hidup semacam ini akan terasa capek dan melelahkan, hidup diperbudak nafsu, diperbudak dunia.

Adapun yang keempat manusia mensikapi hidup ini sebagai tempat mencari dan memburu kesenangan/kebahagiaan semu. Disibukkannya hari-harinya untuk mendapatkan sesuatu yang dianggap dapat menyenangkannya sehingga manakala keinginan dan harapannya tidak terpenuhi, jadilah ia berputus asa dan ingin mengakhiri saja kehidupannya, lalu manakala harapan dan keinginannya terpenuhi (mendapatkan kebaikan), maka ia akan menjadi lupa diri dan lupa daratan, lupa kepada Allah, lupa kepada sesama manusia yang punya hak-hak atas dirinya dan lupa kepada sesama makhluk Alloh SWT.

Yang kelima adalah manusia mensikapi hidup ini sebagai suat ujian dan sekaligus amanat yang harus ditunaikan dengan baik di dalam kehidupannya. Inilah kiranya sikap hidup seorang mukmin yang harus kita tanamkan dan terapkan di dalam kehidupan kita.

Di dalam  surat Al Mulk ayat 1-2 Allah SWT berfirman :
Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

Di dalam ayat tersebut Allah SWT menyatakan bahwa Dia (Alloh) sengaja menciptakan kematian dan kehidupan itu sebagai suat ujian di antara para hamba-Nya (manusia). Jadi marilah kita pahami bahwa hidup kita ini yang berujung kepada Kematian itu adalah sebagai sebuah ujian untuk bekerja dan beramal sesuai ketentuan Alloh SWT agar kita mendapat nilai terbaik di sisi-Nya, sehingga kita layak dan pantas mendapatkan karunia dari-Nya berupa syurga yang penuh kenikmatan pada kehidupan yang sebenarnya di akhirat nanti.
Ada dua sisi positif yang saling mendukung bagi terciptanya kehidupan yang lebih bermakna dari sikap hidup yang benar, khususnya dalam mensikapi hidup ini  sebagai ujian, yaitu :
1.    Jika kita mensikapi hidup ini sebagai sebuah ujian, maka manakala di dalam kehidupan ini penuh dengan berbagai macam problematika dan persoalan, kita akan menghadapinya dengan berlapang dada, tidak strees dan berputus asa, sebab memang hidup ini adalah sebuah ujian dan yang namanya ujian itu adalah setumpuk soal yang mesti terjawabkan. Memang seperti itulah realita kehidupan ini, penuh dengan aneka permasalahan, satu masalah baru selesai, datang lagi masalah baru, atau bahkan satu persoalan belum lagi tuntas sudah datang lagi masalah baru, atau bahkan satu persoalan belum lagi tuntas sudah datang lagi persoalan yang lain. Dengan kita mensikapi hidup ini sebagai sebuah ujian, maka kita akan senantiasa berupaya untuk menjawab permasalahan hidup ini dengan cara yang baik dan bijaksana, tidak akan merugikan diri sendiri (tahlukah) dan tidak pula merugikan orang lain (dzolim).

Kita tidak akan lari dari kenyataan walau terasa sangat menghimpit pikiran dan perasaan, bahkan kita akan menghadapinya sebagai seorang yang bertanggung jawab yang punya sikap dan keberanian, berani mengakui kesalahan dan kekurangan dirinya dan berani pula mempertanggungjawabkan sikap hidupnya di hadapan manusia dan di hadapan Allah SWT.

2.    Bila kita mensikapi hidup ini sebagai ujian dari Alloh SWT, untuk dinilai-Nya siapa yang paling baik ‘amal hidupnya diantara para hamba-Nya, maka kita akan termotivasi untuk berlomba-lomba di dalam beramal dan berbuat kebajikan, karena kita ingin menjadi yang terbaik dalam penilaian Allah SWT. Kita akan senantiasa berkaca diri dan mengukur amal dan kemampuan yang dimiliki, lalu membandingkannya dengan amal dan kemampuan orang lain, sehingga kita akan merasa iri manakala melihat orang lain yang kadar kemampuannya terbatas mampu beramal sedemikian baik dan banyak, sementara kita yang memiliki kemampuan berlebih amal kita tidak sebanding dengan kemampuan kita bahkan amal kita jauh di bawah amal orang lain.

Kita akan merasa iri dan sedih manakala melihat orang lain mampu bekerja dan beramal sedemikian rupa demi mengabdikan dirinya kepada Ilahi, sementara kita lihat diri kita masih juga terlena dan terpedaya oleh keasyikan memburu kesenangan semu dan bergulat dengan segala sesuatu yang tidak mendatangkan pahala dan nilai di sisi Allah SWT. Kita akan merasa malu kepada Allah, jika kita tidak berbakti dan mengabdi kepada-Nya dengan kesungguhan amal kita, dan kita malu kepada orang-orang di bawah kita yang telah beramal lebih baik dan lebih banyak dari pada kita yang memiliki kemampuan lebih.

Dengan mensikapi hidup ini sebagai ujian, mudah-mudahan kita akan dapat merasakan betapa hari-hari yang berganti akan memiliki arti bagi hidup ini, dan bulan-bulan yang berlalu tidaklah berlalu begitu saja dengan percuma, serta tahun-tahun yang akan datang dan menghilang benar-benar mendapatkan makna dan nilai yang baik di sisi Alloh SWT, sehingga kapanpun kita akan dipanggil pulang oleh-Nya, maka kita siap, karena kita sudah mempersembahkan amal terbaik dalam hidup kita demi pengabdian diri kepada-Nya dan demi mendapat Rahmat dan Ridho-Nya sesuai kemampuan baik daya maupun dana yang kita miliki.

Semoga kita akan dimasukkan-Nya kepada golongan hamba-hamba-Nya yang terbaik, yang solih dan solihah, serta mendapatkan tempat yang terbaik di sisi-Nya di dunia dan di akhirat nanti, amin yaa Robbal ‘aalamiin. (*

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.