Yusuf Jabung
Home » » Sejarah Singkat Perguruan Silat Kumango

Sejarah Singkat Perguruan Silat Kumango


Silat Kumango adalah salah satu seni beladiri hasil dari kebudayaan masyarakat Minangkabau. Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa narasumber, asal nama “Kumango” pada Silat Kumango berasal dari nama daerah tempat Silat ini tumbuh dan berkembang yaitu Nagari Kumango yang terletak di Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Berbicara tentang sejarah dan perkembangan Silat Kumango tidak lepas dari pengalaman dan perjuangan dari Syekh. Abdurrahman Al-Khalidi, yaitu seorang putra asli dari Nagari (desa) Kumango.

Syekh. Abdurrahman Al-Khalidi dilahirkan pada tahun 1802 masehi, mempunyai nama kecil Alam Basifat. Sebelum beliau menjadi guru besar silat dan guru besar agama Islam beliau ini adalah seorang pemuda Kumango yang sangat berani dan pantang kalah dalam hal apapun. Oleh karena itu beliau sangat desegani dan ditakuti oleh orang-orang seumuran beliau. Karena sifatnya yang seperti itu banyak pemuda-pemuda yang tidak senang dengan beliau, sehingga datang niat jahat untuk menghabisi beliau dengan membacok beliau dari belakang ketika beliau bangun untuk sholat subuh. Setelah menghabisi beliau, pemuda-pemuda tersebut pergi meninggalkan tempat kejadian (surau) dengan senang hati. Belum jauh pemuda-pemuda itu pergi dari tempat kejadian, tiba-tiba terdengar kumandang adzan subuh di tempat kejadian (surau). Ternyata yang adzan adalah beliau (Syekh. Abdurrahman Al-Khalidi). Alangkah terkejutnya pemuda-pemuda tadi, ternyata yang dibacok dan dicincang mereka adalah sebuah batang pisang. Kemudian dengan secepat kilat beliau menghilang dari pandangan pemuda-pemuda tadi.

Karena merasa terancam setelah kejadian tersebut beliau pergi dan menghilang dari Nagari Kumango, sebelum pergi beliau sempat minta izin kepada isterinya yang sedang mengandung anak beliau 3 bulan. Beliau pergi tanpa tujuan. Tak seorang pun masyarakat Nagari Kumanago mengetahui kemana beliau pergi, termasuk isterinya. Sepeninggal beliau, pada tahun 1852 lahirlah seorang anak laki-laki (yang sekarang bermakam tepat di sebelah beliau di Surau Subarang Kumango). Anaknya beliau beri nama (setelah berjumpa ketika anak beliau sudah dewasa) M. Dalil Angku Gadang.

Berpuluh-puluh tahun kemudian masyarakat kumango mendapatkan kabar bahwa salah seorang dari Nagari Kumango menjadi guru besar silat dan pengembangan ajaran agama Islam di Negara Malaysia. Mendengar kabar tersebut, pihak keluarga dan masyarakat langsung mengirimkan surat kepada beliau untuk kembali ke Nagari Kumango. Beliau membalas surat tersebut dan menyatakan ingin kembali ke Nagari Kuamango dengan permintaan agar dibangun sebuah surau di belakang kampung ditepi sungai. Dengan senang hati dan penuh semangat keluarga dan masyarakat di Nagari Kumango membuatkan sebuah surau sesuai dengan permintaan beliau. Setelah surau telah selesai dibangun, beliau kembali di kirimi sebuah surat ke Malaysia oleh keluarga dan masyarakat Nagari Kumango. Konon pada waktu itu beliau sudah menikah lagi di Malaysia dan mempunyai empat orang anak. Beberapa tahun kemudian, akhirnya beliau kembali ke Nagari Kumango dengan membawa seorang anaknya dari Malaysia yang bernama Angku Saleh.


Pada awalnya surau tersebut beratapkan ijuk, yang beliau namakan surau bulek. Setibanya di Nagari Kumango beliau lansung menuju surau yang telah dibuatkan oleh keluarga dan masyarakat yang kemudian beliau beri nama Surau Subarang. Kemudian masyarakat beramai-ramai bersama beliau untuk menimba ilmu yang beliau anut yaitu agama Islam dengan pengajiannya yang bernama tarekat Samaniyah-Naqsabandiah-Khalidiah dan Silat Kumango yang ajarannya didapat beliau sewaktu beliau berada di Mekkah yang pegajiannya di Jabal Qubis didapat dari gurunya Syekh. Bahaudin Sanaq Sabandiah, sedangkan pelajaran silat diambil lansung di makam Rasulullah dengan gurunya Syekh. Saman dan Nabi Qoidir.

Silat kumango sangat erat hubungannya dengan agama islam dam pengajian yang diamalkan yaitu tarekat Samaniyah yang falsafahnya dalam bahasa Minangkabau berbunyi :

silek lahia mancari kawan

silek bathin mancari Tuhan

Yang artinya adalah secara lahiriah Silat Kumango bertujuan untuk mencari teman, bukan untuk mencari musuh. Berguna untuk bertahan apabila diserang oleh musuh. Sedangkan secara lahiriah Silat Kumango semata-mata hanya berfungsi mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan menjalani perintahnya dan menjauhi larangannya. Hal ini senada dengan falsafah hidup masyarakat minangkabau yaitu :

Adat Basandi Syarak

Syarak Basandi Kitabullah

Yang maknanya adat bersendikan syari’at (agama), agama bersendikan Kitabullah (Al-Quran).

Inilah dasar dari pengajian dan Silat Kumango yang sekarang sudah berkembang ke luar Nagari Kumango, bahkan saat ini Silat Kumango sudah berkembang sampai ke luar negeri seperti Malaysia dan Belanda. Saat ini banyak murid-murid dari pengajian yang berasal di luar Nagari Kumango sering berdatangan ke Nagari Kumango, tepatnya ke Surau Subarang, mereka berziarah untuk mengenang jasa yang beliau tinggalkan yaitu silat dan pengajian tarekat yang telah diamalkan oleh murid-murid dan jemaah sampai sekarang. Dari dulu sampai sekarang kegiatan silat dan pengajian selalu dilakukan bersamaan di Surau Subarang. Tetapi saat ini kegitan Silat sudah sangat jarang dilakukan dikarenakan oleh beberapa hal. Hanya pengajian tarekat yang sekarang rutin dilakukan pada setiap kamis malam yang gurunya terdiri dari guru-guru tuo silek di Nagari Kumango.



 Saat ini silek kumango di pimpin oleh Guru Gadang Lazuardi Malin Maradjo, di bantu oleh beberapa asistennya yang di sebut Guru Tuo, antara lain Uda Lesmandri, yang juga seorang praktisi tari kontemporer yang berbasis Silek Kumango.
Filosofi dalam silek kumango antara lain dimulai pada saat penerimaan murid baru (mangangkat anak sasian) yang di wajibkan untuk memenuhi syarat-syarat tertentu yang di sebut manatiang syaraik (mengangkat syarat/sumpah), yaitu dengan membawa barang2 tertentu:

1. membao lado jo garam (membawa cabai dan garam) –>merupakan simbol agar ilmu yang diperoleh akan melebihi pedasnya cabai dan asinnya garam
2. pisau tumpul–> sebagai simbol bahwa murid yang baru datang di ibaratkan sebagai pisau tumpul yang akan di asah di sasaran agar menjadi tajam
3. kain putiah/kain kafan–>simbol kepasrahan kepada Sang Khalik agar selalu siap utk kembali kepadaNya
4. jarum panjaik jo banang–>simbol efisiensi, hemat dan tidak boros
5. bareh sacupak–>simbol utk bekal agar mandiri
6. ayam batino–>ayam ini biasanya dipelihara di rumah guru dan telurnya di ambil utk dimakan bersama-sama

Sebagai mana sebagian besar silek minang lainnya, dalam pola langkahnya silek kumango juga menganut sistem langkah nan ampek (langkah empat). Pola langkah empat ini pada dasarnya adalah membagi ruang di sekeliling kita menjadi empat bagian, depan, belakang, kiri dan kanan. Pola ini banyak di temui di banyak aliran beladiri lainnya. Dalam silek kumango langkah ampek ni di simbolkan sebagai langkah Alif, Lam, Lam, Ha dan Mim, Ha, Mim, Dal, yang merupakan huruf hijaiyah dalam kalimah Allah dan Muhammad.

Langkah nan ampek ini adalah bagian dari pituah pituah filosofis urang minang yang biasa di sebut sagalo nan ampek. Dalam menghadapi orang atau anak yang susah untuk di atur, para orang tua minang suka mengatakan mengatakan “indak tau nan ampek” kepada anak2nya, tidak tahu yang empat, artinya itu adalah sindiran bahwa ia tak tau tentang yang empat itu.

Ampek macam batang aka

Partamo syariaik
Kaduo tarikaik
Katigo hakikaik
Kaampek makripaik
Urang nan ampek golongan
Partamo niniak mamak
Kaduo cadiak pandai
Katigo alim ulamo
Kaampek bundo kanduang
Adaik nan ampek
Partamo adaik nan sabana adaik
Kaduo adaik nan diadaikkan
Katigo adaik nan taradaik
Kaampek adaik istiadaik

Langkah nan ampek ini juga di simbolkan dengan sifat dari Nabi Muhammad SAW, yaitu Siddik, Tabligh, Amanah dan Fatonah. Dan banyak lagi filosofi minang yang terangkum dalam sagalo nan ampek.
Dari sisi ilmu batin, langkah nan ampek ini juga merupakan simbol dari nafsu manusia yang terdiri dari nafsu ammarah, lawwamah, sufiyah dan muthmainah. Dan ini juga merupakan awal dari ilmu untuk mencari saudara batin guna mencari DIRI yang sejati. Ini mirip dengan pemahaman sedulur papat lima pancer yang ada di tanah jawa. Sehingga pada akhirnya nanti akan menemukan jati diri manusia yang benar-benar MANUSIA.

Ada empat tingkatan jenis manusia menurut pemahaman minangkabau yang juga terangkum dalam empat bagian, yaitu : urang, urang nan takka urang, urang nan ka jadi urang, urang nan sabana urang.
Selain langkah ampek, dikenal dalam silek minang juga dikenal filosofi langkah tigo, yang memiliki muatan filosofis serupa dengan langkah nan ampek, namun bila langkah ampek memiliki muatan agamis, sebaliknya langkah tigo memiliki muatan adat, yang menjadi landasan dalam pola pikir masyarakat minangkabau, termasuk dalam seni sileknya.

Adat babarih babalabeh
Baukua jo bajangko
Tungku nan tigo sajarangan
Patamo banamo alua jo patuik
Kaduo banamo anggo tanggo
Katigo banamo raso pareso

Alua jo patuik (alur dan kepatutan/kepantasan) secara singkat adalah logika,anggo tanggo (anggaran tangga) kedisiplinan, raso jo pareso (rasa dan periksa) adalah perasaan/olah rasa dan ketelitian/periksa.
Aplikasinya dalam ilmu silek adalah bahwa silek itu haruslah bersesuaian dengan ilmu pengetahuan/logika/masuk di akal, dalam mempelajarinya diperlukan kedisiplinan, dan terakhir yang tak kalah penting adalah pengolahan rasa untuk mempertajam gerakannya.

Dalam silek kumango, pengaruh sufistik dari Syekh Abdurahman juga tampak dalam filosofi, bahwa setiap serangan haruslah dielakan terlebih dahulu. Tidak tanggung-tanggung bukan sekali di elakan, melainkan di elakan sebanyak empat kali.

Elakan pertama di simbolkan sebagai elakan mande, dalam menghadapi serangan pertama dari seorang musuh, harus di elakan, dianggap nasihat dari seorang ibu kepada anaknya, jadi kita wajib memahaminya dan bukan melawannya.

Elakan kedua di simbolkan sebagai elakan ayah, jadi harus dipahami dan bukan dilawan.
Elakan ke tiga di simbolkan sebagai elakan guru, kita harus mengumpamakan bahwa itu adalah seorang guru yang sedang marah kepada kita sehingga wajib di pahami dan tidak dilawan dengan cara mengelakan serangannya,

Elakan keempat di simbolkan sebagai elakan kawan, yaitu di artikan bahwa itu adalah seorang kawan yang hendak bermain-main kepada kita sehingga harus kita pahami dan dalam gerakan silat harus kita elakan.
Baru pada serangan kelimalah seorang pesilat kumango dapat melakukan gerakan perlawanan, karena pada serangan kelima ini di ibaratkan si penyerang sudah bersama setan, sehingga wajib bagi kita untuk menyadarkannya, dalam aplikasi gerakan silat ini bisa dilakukan dengan gerakan serangan berupa pukulan atau sapuan kaki yang diakhiri dengan kuncian, dengan catatan bahwa serangan dari kita hendaknya tidak boleh sampai mencederai lawan, dan bahkan apabila lawan sampai kesakitan, minta maaf adalah hal yang patut dilakukan.

  ada seorang peserta yang menanyakan bagaimana aplikasi silek kumango dalam menghadapi lawan yang berada di bawah (jatuh atau menjatuhkan diri), misalnya saja dalam menghadapi seorang ahli gulat/grappling, ternyata dalam filosofi silek kumango di sarankan untuk tidak menyerang lawan yang posisinya sudah berada di bawah.

Dalam pepatah minang ini di simbolkan dengan “alah kanyang ka tambah” sudah kenyang masih mau nambah, maka yang terjadi adalah hilanglah rasa kenyang dan tibul rasa sakit perut. Karena lawan yang berada di bawah di posisikan sebagai lawan yang sudah jatuh, nah menyerang lawan yang sudah kita jatuhkan bisa mengakibatkan posisi kita malah menjadi lemah, maka sebaiknya di biarkan lawan sampai bisa berdiri kembali.

Jurus Silat Kumango :

1. Elakan (kiri luar, dalam)
2. Elakan (kanan luar, dalam)
3. Sambut Pisau
4. Rambah
5. Cancang
6. Ampang
7. Lantak Siku
8. Patah Tabu
9. Sandang
10. Ucak Tanggung
11. Ucak Lapeh

Dalam permainan silek kumango tidak dikenal permainan senjata, kecuali dalam kembangan yang berbentuk tarian. Sebagai silek yang berasal dari budaya surau, maka senjata yang dikenal dalam silek kumango adalah sarung. Jadi selain sebagai alat untuk beribadah, sarung juga merupakan senjata yang dapat di andalkan. Dalam diskusi silat kemarin itu Guru Gadang Amak Ar juga memperagakan gerakan beladiri dengan mempergunakan senjata sarung.

Demikianlah sekilas tentang silek kumango, yang selain berguna dalam fungsi pembelaadi diri, juga berperan dalam pembentukan moral manusia minang. Didalam silek ini banyak sekali pituah pituah urang minang dengan arti yang sangat dalam. Sangat di sayangkan kalau budaya ini sampai hilang di telan zaman.

Usang usang di pabarui
Nan lapuak di kajangi
Nan senteng di bilai
Nan taserak di kumpuekan
Nan hanyuik di pintehi
Nan takalok di jagokan
Nan hilang di cari

Silek Kumango di Jabung Lampung Timur
Silek atau silat Kumango masuk ke Desa Negara Batin, kecamatan Jabung kabupaten Lampung Timur sekitar tahun 1990-an. Dibawa oleh seorang pesilat dari Krui yang bernama Panji Indra dan dikenal dengan nama pecak silat Panji. Saat itu ajaran perguruan silat dikembangkan secara privat kepada siapapun yang berniat belajar beladiri. Memang di antara sekian banyak perguruan silat di Jabung dan sekitarnya, silat kumangolah yang paling banyak pengikut.  Ini disebabkan murid-murid Panji Indra datang silih berganti.
Silat Kumango yang dikenal masyarakat Jabung sebagai Silat Panji sebenarnya bernama Silat Kumango Sakti. Dalam silat tersebut tidak begitu memperhatikan jurus melainkan seni beladiri. Ketika proses belajar dengan Tuyuk Panji Indera, beliau hanya menekankan menyerang dan membalas serangan lawan, baik dengan serangan yang mematikan maupun yang hanya melumpuhkan.

Sebagaimana perguruan silat lainnya, perguruan silat panji pun tak luput dari kebatinan. Meskipun bernafaskan Islam, ia hanya sebatas memberikan nasehat atau tausyiah agar tidak meninggalkan sholat dan tidak berbuat kejahatan.
Adapun ajaran kebatinan silat panji yang paling banyak diturunkan ke murid-muridnya adalah 
1. Isim Sayyidina Ali, berupa kekuatan dalam silat. Konon yang berhasil menguasai kebatinan tersebut memiliki empat khodam. Ketika ia berkelahi sudah tak sadarkan diri dan kekuatannya sangat hebat. Bahkan pemilik kebatinan tersebut tidak dapat di tembus oleh guna-guna/santet sekalipun.
2. Kighang, yaitu kebal terhadap pukulan baik itu pukulan golok/pedang atau kayu.
3. Bedeghos, yaitu kekuatan tangan kanan ketika memukul bahkan mematikan dan lain sebagainya.

Hanya dua kebatinan yang tidak diajarkan oleh tuyuk Panji Indera yaitu Ajian Macan dan anti peluru karena ia khawatir murid-murid akan berbuat kejahatan.

Sekitar tahun 2000-an ajaran silat kumango sakti atau silat panji di ajarkan pada pemuda-pemuda Risma Al Jihad Negara Batin Kecamatan Jabung. Dan namanya dirubah menjadi Kumango Putih. Hampir seluruh pemuda Masjid menguasai silat tersebut karena silat tersebut memang menjadi bagian dari program Risma Al Jihad Negara Batin Jabung. Karena anggota risma cukup baik pemahaman aqidah Islamnya, maka kebatinan silat kumango ditinggalkan. Ia hanya mengajarkan beladiri murni.
 
Saat ini Perguruan Silat Kumango telah terdaftar di IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) dengan nama Perguruan Silat Kumango Putih dengan guru besar utamanya Ismail Ishabullah. 




1 komentar:

Unknown mengatakan...

Semoga apa yg telah kita pelajari semua di kemango putih teman" seperjuangan.. akan bermanfaat bagi diri kita sendiri bahkan orang lain ..aminnn

Diberdayakan oleh Blogger.