KETERAMPILAN BERBICARA
I. Kemampuan Dasar dalam Kegiatan Berbicara
A. Berdialog
Berdialog dapat diartikan sebagai pertukaran pikiran atau pendapat mengenai sutu topik tertentu antara 2 orang atau lebih. Fungsi utama berdialog adalah bertukar pikiran, mencapai mufakat atau merundingkan sesuatu masalah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berdialog adalah :
1) Bagaimana menarik perhatian
2) Bagaimana cara mulai dan memprakarsai suatu percakapan
3) Bagaimana menyela, mengoreksi, memperbaiki, dan mencari kejelasan
4) Bagaimana mengakhiri suatu percakapan
B. Menyampaikan Pengumuman
Menyampaikan pengumuman berarti menyampaikan sesuatu hal yang perlu diketahui oleh khalayak ramai. Kegiatan ini dapat diwujudkan dalam bentuk pidato. Ciri- ciri yang harus diperhatikan dalam membaca pengumuman di antaranya , yaitu volume suara harus lebih keras, intonasi yang tepat,
dan gaya penampilan yang menarik.
C. Menyampaikan Argumentasi
Salah satu proses komunikasi untuk menyampaikan argumentasi karena harus mempertahankan pendapat, yaitu debat. Setiap pihak yang berdebat akan mengajukan argumentasi dengan memberikan alasan tertentu agar pihak lawan atau peserta menjadi yakin dan berpihak serta setuju
terhadap pendapat-pendapatnya (Laksono, 2003:20).
D. Bercerita
Manfaat bercerita di antaranya, yaitu
(1) memberikan hiburan,
(2) mengajarkan kebenaran, dan
(3) memberikan keteladanan.
Seorang pendongeng dapat berhasil dengan baik apabila ia dapat menghidupkan cerita. Artinya, dalam hal ini pendongeng harus dapat membangkitkan daya imajinasi anak. Untuk itu, biasanya pendongeng mempersiapkan diri dengan cara :
(1) memahami pendengar,
(2) menguasai materi cerita,
(3) menguasai olah suara,
(4) menguasai berbagai macam karakter,
(5) luwes dalam berolah tubuh, dan
(6) menjaga daya tahan tubuh.
Selain itu, terdapat enam jurus mendongeng,
yaitu :
1) menciptakan suasana akrab,
2) menghidupkan cerita dengan cara memiliki kemampuan teknik membuka cerita, menciptakan susana dramatik, menutup yang membuat penasaran,
3) kreatif,
4) tanggap dengan situasi dan kondisi,
5) konsentrasi total, dan
6) ikhlas.
Nadeak (1987) mengemukakan 18 hal yang berkaitan dengan bercerita, yaitu :
1) memilih cerita yang tepat,
2) mengetahui cerita,
3) merasakan cerita,
4) menguasai kerangka cerita,
5) menyelaraskan cerita,
6) pemilihan pokok cerita yang tepat,
7) menyelaraskan dan menyarikan cerita, ( menyelaraskan dan memperluas,
8) menyederhanakan cerita,
9) menceritakan cerita secara langsung,
10) bercerita dengan tubuh yang alami,
11) menentukan tujuan,
12) mengenali tujuan dan klimaks,
13) memfungsikan kata dan percakapan dalam cerita,
14) melukiskan kejadian,
15) menetapkan sudut pandang,
16) menciptakan suasana dan gerak,
17) merangkai adegan.
II. Kemampuan Lanjutan dalam Kegiatan Berbicara
A. Musyawarah
Musyawarah mengandung arti perundingan, yaitu membicarakan sesuatu supaya mencapai kata sepakat. Dalam suatu musyawarah yang penting adalah kepentingan orang banyak, setiap orang
mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan umum.
Dalam musyawarah biasanya terdapat perbedaan pendapat, tetapi perbedaan itu harus dipadukan. Bila tidak, maka biasa diambil voting (suara terbanyak). Itulah hal yang istimewa dari musyawarah yang berbeda dengan diskusi. Dalam musyawarah selalu ada kesimpulan.
B. Diskusi
Nio (dalam Haryadi, 1981:6 menjelaskan bahwa diskusi ialah proses pelibatan dua orang atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, tukar-menukar informasi untuk memecahkan masalah. Sementara itu, Brilhart (dalam Haryadi, 1997:6 menjelaskan diskusi adalah bentuk tukar pikiran secara teratur dan terarah dalam kelompok besar atau kelompok kecil dengan tujuan untuk diskusi ialah proses pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah.
Dari kedua batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa esensi diskusi adalah :
1. Partisipan lebih dari seorang
2. Dilaksanakan dengan bertatap muka
3. Menggunakan bahasa lisan
4. Bertujuan untuk mendapatkan kesempatan bersama
5. Dilakukan dengan cara bertukar informasi dan tanya jawab
Ketika menyampaikan sanggahan, hendaklah disampaikan secara santun, yaitu dengan cara :
1. Pertanyaan dan sanggahan diajukan dengan jelas dan tidak berbelit-belit,
2. Pertanyaan dan sanggahan diajukan secara santun, menghindari pertanyaan, permintaan, dan perintah langsung,
3. Diusahakan agar pertanyaan dan sanggahan tidak ditafsirkan sebagai bantahan atau debat.
Sementara itu, dalam memberikan tanggapanpun harus dipenuhi 4 hal, yaitu :
1. Jawaban atau tanggapan harus berhubungan dengan pertanyaan,
2. Jawaban harus objektif dan memuaskan berbagai pihak,
3. Prasangka dan emosi harus dihindarkan,
4. Bersikap jujur dan terus terang apabila tidak bisa menjawab.
C. Pidato
Sebelum melakukan pidato, hal yang perlu diperhatikan adalah analisis terhadap :
1. Jumlah pendengar
2. Tujuan mereka berkumpul
3. Adat kebiasaan mereka
4. Acara lain
5. Tempat berpidato
6. Usia pendengar
7. Tingkat pendidikan pendengar
8. Keterkaitan hubungan batin dengan pendengar
9. Bahasa yang biasa digunakan
Pedoman untuk membuka pidato yang baik adalah :
1. Langsung menyebutkan pokok persoalan
2. Melukiskan latar belakang masalah
3. Menghubungkan dengan peristiwa mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi pusat perhatian khalayak.
4. Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati
5. Menghubungkan dengan tempat komunikator berpidato
6. Menghubungkan dengan suasana emosi yang tengah meliputi khalayak
7. Menghubungkan dengan kejadian sejarah yang terjadi masa lalu
8. Menghubungkan dengan kepentingan vital pendengar
9. Memberikan pujian kepada khalayak atas prestasi mereka
10. Memulai dengan pertanyaan yang mengejutkan
11. Mengajukan pertanyaan provokatif atau serentetan pertanyaan
12. Menyatakan kutipan
13. Menceritakan pengalaman pribadi
14. Mengisahkan cerita faktual, fiktif atau situasi hipotesis
15. Menyatakan teori atau prinsip-prinsip yang diakui kebenarannya
16. Membuat humor.
Adapun cara menutup pidato adalah :
1. Menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar pembicaraan
2. Menyatakan kembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda
3. Mendorong khalayak untuk bertindak
4. Mengakhiri dengan klimaks
5. Menyatakan kutipan Alquran, sajak, peribahasa atau ucapan para ahli
6. Menceritakan tokoh yang berupa ilustrasi dari tema pembicaraan
7. Menerangkan maksud sebenarnya pribadi pembicara
8. Menguji dan menghargai khalayak, dan membuat pernyataan yang humoris atau anekdot lucu.
KEGIATAN BELAJAR 2
KEMAMPUAN LANJUTAN DALAM BERBICARA
A. MUSYAWARAH
Musyawarah mengandung arti perundingan, yaitu membicarakan sesuatu supaya mencapai kata sepakat. Mecapai kata sepakat tentu tidak mudah karena setiap orang mempunyai kepentingan pribadi dan pikiran yang berbeda. Dalam suatu musyawarah yang penting adalah kepentingan orang banyak setiap orang mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan umum.
Dalam suatu musyawarah dipimpin oleh seorang pimpinan musyawarah yang biasa disebut pimpinan siding. Pimpinan sidang berhak membuat tata tertib musyawarah dan tata tertib sidang. Dalam musyawarah selalu ada kesimpulan.
B. DISKUSI
Secara etimologis kata diskusi berasal dari bahasa Latin discussio, discussi, atau discussum yang berarti memeriksa, memperbincangkan, dan membahas. Dalam bahasa Inggris, discussion berarti perundingan atau pembicaraan, sedangkan dalam bahasa Indonesia, sebagai istilah, diskusi berarti proses bertukar pikiran antara dua orang atau lebih tentang suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu.
Esensi diskusi adalah:
1. Partisipan lebih dari seorang;
2. Dilaksanakn dengan bertatap muka;
3. Menggunakan bahasa lisan;
4. Bertujuan untuk mendapatkan kesepakatan bersama;
5. Dilakukan dengan cara bertukar informasi dan Tanya jawab.
Hal-hal yang perlu dijalin dalam berdiskusi menurut Dipodjoyo dalam Haryadi (1997:69), yaitu sikap kooperatif, semangat berinteraksi, kesadaran berkelompok, bahasa sebagai alat komunikasi, dan kemampuan memahami persoalan.
Selain itu, ketika menyampaikan sanggahan, hendaklah disampaikan secara santun, yaitu dengan cara:
1. Pertanyaan dan sanggahan diajukan jelas dan tiak berbelit-belit,
2. Pertanyaan dan sanggahan diajukan secara santun, menghindari pertanyaan, permintaan, dan perintah langsung.
3. Diusahakan agar pertanyaan dan sanggahan tidak ditafsirkan bantahan atau debat.
Sementara itu, dalam memberikan tanggapanpun harus dipenuhi empat hal, yaitu sebagai berikut.
1. Jawaban atau tanggapan harus berhubungan dengan pertanyaan.
2. Jawaban harus obyektif dan memuaskan berbagai pihak.
3. Prasangka dan emosi harus dihindarkan.
4. Bersikap jujur dan terus terang apabila tidak menjawab.
Proses dan kesimpulan diskusi dilaksanakan berdasarkan alasan yang masuk akal. Dengan kata lain persetujuan diskusi akan lebih baik apabila diikuti argumen. Pengambilan keputusan dilakukan pada saat yang tepat, yaitu apabila sudah banyak persamaan pendapat, moderator segera mengambil keputusan.
Manfaat Diskusi bagi peserta
a. Peserta dapat memahami suatu masalah, mengetahui latar belakang masalah atau sebab-sebab dan menemukan jalan keluar atau solusi masalah yang sulit.
b. Peserta dapat menentukan suatu kesepakatan untuk melakukan tindakan, kegiatan, pekerjaan, dan bersikap tertentu.
c. Peserta dapat menganalisis bersama suatu masalah dan mencari alternatif-alternatif gagasan, rencana kebijakan, tindakan atau keputusan yang tepat.
d. Peserta dapat memperoleh informasi, ide atau gagasan dari peserta lain, dapat belajar dari peserta lain tentang pengalaman, cara berpikir, cara bersikap, cara mengambil keputusan atau kesimpulan, dan lain-lain.
e. Peserta dapat saling mengamati, saling menilai, saling belajar, saling menghargai.
f. Peserta dapat belajar mengemukakan pendapat dan berlatih menanggapai pendapat orang lain.
g. Peserta dapat belajar berorganisasi baik sebagai angota maupun staf pimpinan.
Macam-Macam Diskusi
Jenis kegiatan diskusi dapat berbentuk diskusi kelompok, diskusi kelompok-kelompok, diskusi panel, lokakarya/workshop, rapat kerja, kongres, seminar, konferensi, symposium, kolokium, sarasehan, fishbowl, role-playing, studi kasus/case study, brainstorming, musyawarah/rapat, debat, dan lain-lain.
a. Diskusi kelompok ialah pertemuan yang direncanakan atau dipersiapkan untuk dilaksanakan untuk membahas suatu topik dengan seorang pemimpin. Diskusi ini relatif sederhana dengan peserta yang tidak begitu banyak antara empat sampai sepuluh orang. Masalah yang dibahas tidak demikian kompleks dengan tujuan untuk lebih mendalami atau memahami suatu masalah dari disiplin ilmu tertentu.
b. Diskusi Berkelompok-Kelompok : bentuk diskusi ini sering dipakai bila jumlah peserta kegiatan diskusi relatif banyak. Bentuk kegiatan ini dilakukan dengan tujuan setiap peserta mempunyai peluang besar untuk berperan aktif berbicara. Setelah kegiatan diskusi kelompok-kelompok diadakan pertemuan pleno dengan mempersilakan setiap kelompok untuk mengemukakan pendapatnya. Dalam forum terakhir ini kegiatan dikendalikan oleh ketua diskusi yang lebih inti dari penyelenggara.
c. Diskusi Panel: adalah kegiatan pertemuan ilmiah yang sudah direncanakan dengan menghadirkan sejumlah panelis di depan khalayak atau pengunjung tentang suatu topik. Diskusi panel merupakan bentuk diskusi bertukar pikiran atau pengalaman antara tiga sampai enam orang ahli yang dipandu oleh seorang ketua (moderator) dan disaksikan oleh sejumlah pendengar/pemirsa/audiens. Tiap panelis mengemukakan pendapatnya tanpa menanggapi pendapat panelis lain.
d. Rapat kerja adalah pertemuan wakil-wakil eselon dari suatu instansi untuk membahas masalah yang berkaitan dengan tugas dan fungsi instansi tersebut. Biasanya yang dibahas adalah program kerja dengan arah pembicaraan untuk mengusahakan keputusan yang membawa hasil yang baik untuk dilaksanakan.
e. Seminar (semin (Latin)= biji, benih) diartikan sebagai tempat benih-benih kebijaksanaan disemikan. Yang dibicarakan dalam seminar bukan masalah teknis, melainkan masalah kebijakan yang akan dipakai sebagai landasan bagi masalah-masalah yang bersifat teknis. Oleh sebab itu, biasanya kajiannnya bersifat penelitian beserta hasilnya atau studi literature.
f. Konferensi merupakan bentuk pertemuan dari kedua pihak untuk membahas atau merindingkan masalah yang dihadapi bersama. Secara longgar, konferensi juga diartikan dengan pertemuan anggota-anggota dari dua cabang perwakilan untuk menyesuaikan perbedaan dalam langkah dan kebijakan mereka. Konferensi merupakan pembicaraan, rapat, atau pemusyawarahan antara wakil-wakil berbagai negara untuk, membahas kepentingan bersama.
g. Kongres merupakan pertemuan formal antara delegasi-delegasi atau wakil-wakil organisasi politik, sosial, atau profesi untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan mengenai suatu masalah bersama. Simposium adalah suatu pertemuan formal dengan beberapa ahli menyajikan pidato atau prasaran singkat mengenai sebuah topik denghan aspek yang berbeda-beda, atau topik yang bertalian di hadapan sebuah sidang hadirin.
h. Kolokium tidak diawali dengan pidato. Para pakar diundang hanya untuk memberikan jawabanatas pertanyaan yang diajukan oleh peserta mengenai topik yang telah ditentukan. Para pakar hanya menjawab pertanyaan.
Tipe Peserta Diskusi
a. tipe tak suka bicara
b. tipe positif
c. tipe sok tahu
d. tipe suka bertengkar
e. tipe pemalu
f. tipe ingin menang sendiri
g. tipe cuek
h. tipe sangat terpelajar
i. tipe suka bertanya
Tugas ketua diskusi
1. mengemukakan masalah yang akan dibahas/didiskusikan: apa, mengapa, dantujuan yang diharapkan.menguraikan butir-butir penting yang menurutnya perlu dipikirkan dan dipertimbangkan oleh peserta. Biasanya hal ini dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
2. mengumumkan tata tertib atau aturan main diskusi; mengemukakan alokasi waktu, siapa yang berbicara per kesempatan, berapa orang yang bertanya per sesi; berapa menit per orang berbicara; bagaimana cara meminta kesempatan berbicara, dan lain-lain.
3. menjaga keteraturan diskusi; bertindak tegas dan buijaksana, terutama kalau situasi sudah menunjukkkan gejala tidak tertib, terutama dalam berbicara, misalnya dua orang berbicara sekaligus.
4. memberi kesempatan kepada semua peserta; hindari seorang berbicara berkali-kali, beri kesempatan kepada yang belum berbicara.
5. menjaga agar minat peserta tetap segar: ajukan pertanyaan yang bersifat memancin perhatian; hargai dan pujilah peserta yang aktif secara wajar.
6. menjaga agar diskusi tetap bergerak maju sesuai dengan tujuan membuat catatan selama diskusi untuk mempermudah mengarahkan ke tujuan dan membuat rangkuman atau kesimpulan akhir diskusi.
7. mengemukakan hasil diskusi dengan jalan menyampaikan rangkuman, kesimpulan, kesepakatan, rencana kerja, atau hal lain yang sesuai dengan tujuan diskusi.
C. PIDATO
Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak. Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya.
Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik atau umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.
Tujuan Pidato
Pidato umumnya melakukan satu atau beberapa hal berikut ini :
1. Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka rela.
2. Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
3. Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.
Jenis-Jenis / Macam-Macam / Sifat-Sifat Pidato
Berdasarkan pada sifat dari isi pidato, pidato dapat dibedakan menjadi :
1. Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara atau mc.
2. Pidato pengarahan adalah pdato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
3. Pidato Sambutan, yaitu merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
4. Pidato Peresmian, adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.
5. Pidato Laporan, yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
6. Pidato Pertanggungjawaban, adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban.
Metode Pidato
Teknik atau metode dalam membawakan suatu pidatu di depan umum :
1. Metode menghapal, yaitu membuat suatu rencana pidato lalu menghapalkannya kata per kata.
2. Metode serta merta, yakni membawakan pidato tanpa persiapan dan hanya mengandalkan pengalaman dan wawasan. Biasanya dalam keadaan darurat tak terduga banyak menggunakan tehnik serta merta.
3. Metode naskah, yaitu berpidato dengan menggunakan naskah yang telah dibuat sebelumnya dan umumnya dipakai pada pidato-pidato resmi.
Persiapan Pidato
Sebelum memberikan pidato di depan umum, ada baiknya untuk melakukan persiapan berikut ini :
1. Wawasan pendengar pidato secara umum
2. Mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan
3. Menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti.
4. Mengetahui jenis pidato dan tema acara.
5. Menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan pidato.
Kerangka Susunan Pidato
Skema susunan suatu pidato yang baik :
1. Pembukaan dengan salam pembuka
2. Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi
3. Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll.
4. Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll)
Selain itu, ketika menyusun pidato perlu diperhatikan hal-hal berikut.
1. Pengumpulan bahan.
2. Garis besar pidato.
3. Uraian secara detil.
Pidato yang baik memerlukan latihan, dengan kata lain latihan pidato harus dilakuakan terutama untuk mimik, nada bicara, intonasi, dan waktu. Biasanya pidato bertujuan untuk mendorong, meyakinkan, memberitahukan, dan menyenangkan.
Sebelum melakukan pidato, hal yang perlu diperhatikan adalah analisis sebagai berikut.
1. Jumlah pendengar
2. Tujuan mereka berkumpul
3. Adat kebiasaan mereka.
4. Acara lain.
5. Tempat berpidato,
6. Usia pendengar
7. Tingkat pendidikan pendengar,
8. Keterikatan hubungan hati dengan mendengar.
9. Bahasa yang biasa digunakan.
Pidato yang tersusun dengan baik dan tertib akan menarik dan membangkitkan minat pendengar, selain itu, penyajian itu pernyajian pesan dengan jelas akan mempermudah pemahaman, dan mempertegas gagasan pokok. Cirri-ciri garis besar yang baik dalam menyusun dan membawakan suatu pidato, yaitu (1) garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu pengantar, isi, dan penutup, (2)lambang-lambang yang digunakan untuk menunjukkan yang digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian telah membingungkan, (3) penulisan pokok pikiran utama dengan pokok pikiran penjelas harus dibedakan.
Dalam kaitan dengan nilai komunikasi maka pidato harus menggunakan kata-kata yang tepat, jelas, dan menarik. Oleh karena itu, susunan kata-kata harus dapat digunakan untuk mengungkapkan gagasan secara cermat.
Untuk mencapai kejelasan dalam pemilihan kata-kata tersebut, haruslah diperhatikan hal-hal berikut ini.
1. Gunakanlah kata yang spesifik, maksudnya jangan menggunakan kata-kata yamg terlalu umum sehingga mengundang banyak penafsiran.
2. Gunakanlah kata-kata yang sederhana, maksudnya kata-kata yang mudah dipahami dengan cepat.
3. Hindari istilah-istilah teknis, maksudnya jangan menggunakan istilah-istilah yang kiranya tidak dapat dipahami pendengar pada umumnya.
4. Berhematlah dalam menggunakan kata-kata, maksudnya membiasakan berbicara menggunakan kalimat efektif.
5. Gunakanlah perulangan atau pernyataan kembali gagasan-gagasan yang sama dengan kata-kata yang berbeda, maksudnya ialah memberikan tekanan terhadap gagasan utama untuk memperjelas kembali.
Pedoman untuk membuka pidato yang baik supaya pokok pembicaraan mendapat perhatian pendengar yang sebaik-baiknya, yaitu dengan cara berikut.
1. Langsung menyebutkan pokok persoalan.
2. Melukiskan latar belakang masalah.
3. Menghubungkan dengan peristiwa mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi pusat perhatian khalayak.
4. Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati.
5. Menghubungkan dengan tempat komunikator berpidato.
6. Menghubungkan dengan suasana emosi yang tengah meliputi khalayak.
7. Menghubungkan dengan kejadian sejarah yang tengah terjadi di masa lalu.
8. Menghubungkan dengan kepentingan vital pendengar.
9. Memberikan pujian kepada khlayak atas prestasi mereka.
10. Memulai dengan pertanyaan yang mengejutkan.
11. Mengajukan pertanyaan provokatif atau serentetan pertanyaan.
12. Menyatakan kutipan.
13. Menceritakan pengalaman pribadi.
14. Mengisahkan cerita factual, fiktif, atau situasi hipotesis.
15. Menyatakn teori atau prinsip-prinsip yang diakui kebenarannya.
16. Membuat humor.
Adapun cara menutup pidato adalah sebagai berikut.
1. Menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar pembicaraan,
2. Menyatakan kembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda,
3. Mendorong khalayak untuk bertindak,
4. Mengakhiri dengan klimaks,
5. Menyatakan kutipan Al-Quran, sajak, peribahasa, atau ucapan para ahli,
6. Menceritakan tokoh yang berupa ilustrasi dari tema pembicara,
7. Menerangkan maksud sebenarnya pribadi pembicara,
8. Menguji dan menghargai khalayak, dan membuat pernyataan yang humoris atau anekdot lucu.
Cara membuka dan menutup pidato tersebut bukanlah cara yang mutlak dilaksanakan oleh pembicara, melainkan hal ini dapat berubah-ubah sesuai dengan kemampuan pembicara dalam mengatur strategi membuka dan menutup pidato berdasarkan variasi dan kreativitas
0 komentar:
Posting Komentar