Yusuf Jabung
Home » » Renungan di Penghujung Ramadhan

Renungan di Penghujung Ramadhan

Ramadhan Hampir Berlalu
Ramadhan hampir meninggalkan kita dan tiada tersisadaripadanya melainkan sedikit saja Berbahagialah orang-orang yang telah berbuatkebaikan dan menutupnya dengan sempurna. Adapun orang-orang yang telahmenyia-nyiakannya maka berusahalah untuk menutupnya dengan kebaikan pula,karena yang dinilai dari amal adalah penutupnya.


Hati orang-orang yang bertakwa selalu merasakan kerinduan kepada bulan Ramadhan inidan merasakan kepedihan yang sangat apabila harus berpisah darinya. Bagaimanamungkin seorang mukmin tidak menangis ketika berpisah dengannya, padahal diatidak mengetahui apakah bisa bertemu lagi dengannya atau tidak?, apakah masihada umur untuk kembali bertemu dengannya?.

Salafush Shaleh Pada AkhirRamadhan
Allah–subahanahu wa ta'ala memuji orang-orang yang melakukan ketaatan kepadaNyadalam firmanNya: "Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hatikarena takut akan (azab) Tuhan mereka, Dan orang-orang yang beriman denganayat-ayat Tuhan mereka, Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhanmereka (sesuatu apapun), Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah merekaberikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya merekaakan kembali kepada Tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk mendapatkebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya." (QS. Al-Mukminuun: 57-61).

Ibunda'Aisyah –radhiallahu anha berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah –sallallahu'alaihi wa 'ala alihi wasallam tentang ayat ini, aku berkata: Apakah merekaadalah orang-orang yang meminum khamr, berzina dan mencuri? Beliau–sallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wasallam menjawab: "Tidak, wahai puteriAsh-Shiddiq! Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa, shalat danbersedekah dan mereka takut amal mereka tidak diterima (Allah –subahanahu wata'ala). Mereka itulah orang-orang yang bersegera untuk mendapatkebaikan-kebaikan." (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad).

Para salafush shaleh bersungguh-sungguh dalam memperbaikidan menyempurnakan amal mereka kemudian setelah itu mereka memperhatikandikabulkannya amal tersebut oleh Allah –subahanahu wa ta'ala dan takut daripadaditolaknya.

SahabatAli –radhiallahu 'anhu berkata: "Mereka lebih memperhatikan dikabulkannya amaldaripada amal itu sendiri. Tidakkah kamu mendengar Allah –subahanahu wa ta'alaberfirman: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (mengabulkan)dari orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Maa'idah:27).

Dari Fadhalah bin 'Ubaid –rahimahullah berkata: Sekiranya akumengetahui bahwa amalku ada yang dikabulkan sekecil biji sawi, hal itu lebihaku sukai daripada dunia seisinya, karena Allah –subahanahu wa ta'alaberfirman: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (mengabulkan)dari orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Maa'idah:27).

BerkataMalik bin Dinar –rahimahullah: Takut akan tidak dikabulkannya amal adalah lebihberat dari amal itu sendiri.

Berkata Abdul Aziz bin Abi Rawwaad –rahimahullah: Aku menjumpaimereka (salafush shaleh) bersungguh-sungguh dalam beramal, apabila telahmengerjakannya mereka ditimpa kegelisahan apakah amal mereka dikabulkan ataukahtidak?

Berkata sebagian salaf –rahimahumullah: Mereka (para salafush shaleh)berdoa kepada Allah–subahanahu wa ta'ala selama enam bulan agardipertemukan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada Allah –subahanahu wata'ala selama enam bulan agar amal mereka dikabulkan.

Umarbin Abdul Aziz –rahimahullah keluar pada hari raya Iedul Fitri dan berkatadalam khutbahnya: Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah berpuasa karena Allah–subahanahu wa ta'ala selama tiga puluh hari, dan kamu shalat (tarawih) selamatiga puluh hari pula, dan hari ini kamu keluar untuk meminta kepada Allah–subahanahu wa ta'ala agar dikabulkan amalmu.

Sebagiansalaf tampak bersedih ketika hari raya Iedul Fitri, lalu dikatakan kepadanya:Ini adalah hari kesenangan dan kegembiraan. Dia menjawab: Kamu benar, akantetapi aku adalah seorang hamba yang diperintah oleh Tuhanku untuk beramalkarenaNya, dan aku tidak tahu apakah Dia mengabulkan amalku atau tidak?.

Bagaimana Agar Amal Dikabulkan?
Allah –subahanahu wa ta'ala tidakakan menerima suatu amalan kecuali ada padanya dua syarat, yaitu: Ikhlas karenaAllah –subahanahu wa ta'ala semata dan mutaba'atus sunnah atau mengikuti sunnahRasulullah –sallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wasallam.

Allah –subahanahu wa ta'alaberfirman : "(Allah) Yang menjadikan matidan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baikamalnya." (QS. Al-Mulk:2)

Al-Fudhail bin 'Iyad –rahimahullahmengatakan bahwa yang dimaksud ayat tersebut dengan yang lebih baik amalnyaadalah yang ikhlas karena Allah –subahanahu wa ta'ala semata dan mengikutisunnah Rasulullah –sallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wasallam.

Ikhlas Dalam Beramal
Ikhlas adalah mendekatkan diri kepadaAllah –subahanahu wa ta'ala dengan melakukan ketaatan dan membersihkan niat danhati dari segala yang mengotorinya. Ikhlas adalah beramal karena Allah–subahanahu wa ta'ala semata dan membersihkan hati dan niat dari yang selainAllah –subahanahu wa ta'ala.

Ikhlas adalah amalan yang beratkarena hawa nafsu tidak mendapatkan bagian sedikitpun, namun kita harus selalumelatih diri kita sehingga menjadi mudah dan terbiasa untuk ikhlas.

Rasulullah –sallallahu 'alaihi wa'ala alihi wasallam bersabda: "Allah tidak akan menerima amalan kecuali yangikhlas dan hanya mengharapkan wajahNya." (HR. An-Nasa'i dengan sanad hasan).

Seorang hamba tidak akan bisaselamat dari godaan syaitan kecuali orang-orang yang ikhlas saja, sebagaimafirman Allah –subahanahu wa ta'ala yang mengkisahkan tentang iblis: "Iblismenjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akanmenyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antaramereka." (QS. Shaad:82-83).

Orang yang ikhlas adalah orang yangberamal karena Allah –subahanahu wa ta'ala semata dan mengharapkan kebahagiaanabadi di kampung akhirat, hatinya bersih dari niat-niat lain yang mengotorinya.

Berkata Ya'kub -rahimahullah: "Orangyang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan kebaikannya sebagaimana iamenyembunyikan keburukannya."

Orang yang tidak ikhlas adalah orangyang melakukan amalan akhirat untuk mencari dunia seperti, ingin mendapatkanharta, kedudukan, jabatan, pangkat, kehormatan, pujian, riya' dll.

Orang yang tidak ikhlas adalah orangyang rugi karena hari kiamat kelak mereka tidak mendapatkan apa-apa dari amalanmereka selama di dunia, bahkan Allah –subahanahu wa ta'ala murka kepada merekadan memberikan hukuman yang setimpal, "Dan(jelaslah) bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka perbuat danmereka diliputi oleh pembalasan yang mereka dahulu selalumemperolok-olokkannya."(QS. Az-Zumar: 48) . "Dan kami hadapi segalaamal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yangberterbangan." (QS. Al-Furqaan:23)

Beramal Sesuai Sunnah / Mutaba'atus Sunnah
Mutaba'ah adalah melakukan amalanyang sesuai sunnah Rasulullah –sallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wasallam karenasetiap amalan ibadah yang tidak dicontohkan Rasulullah –sallallahu 'alaihi wa'ala alihi wasallam pasti ditolak dan tidak diterima oleh Allah –subahanahu wata'ala. Jadi semua ibadah yang kita kerjakan harus ada contoh, ajaran danperintah dari Rasulullah –sallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wasallam dan kitadilarang melakukan suatu amal ibadah yang tidak ada contoh, ajaran dan perintahdari Rasulullah –sallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wasallam.

Rasulullah –sallallahu 'alaihi wa'ala alihi wasallam bersabda: "Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidakada ajarannya dari kami maka amalnya tertolak." (HR. Bukhari dan Muslim).

Beliau–sallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wasallam bersabda pula: "Barangsiapamengadakan perkara baru dalam agama kami yang tidak ada ajarannya maka diatertolak." (HR. Bukhari dan Muslim).

Berkata Ibnu Rajab –rahimahullah:"Hadis ini adalah salah satu prinsip agung (ushul) dari prinsip-prinsip Islamdan merupakan parameter amal perbuatan yang lahir (terlihat), sebagaimana hadis"Innamal a'maalu binniyyaat..." (Hadis tentang niat), adalah merupakan parameteramal perbuatan yang batin (tidak terlihat). Sebagaimana seluruh amal perbuatanyang tidak dimaksudkan untuk mencari keridhaan Allah –subahanahu wa ta'ala makapelakunya tidak mendapatkan pahala, maka demikian pula halnya segala amalperbuatan yang tidak atas dasar perintah Allah –subahanahu wa ta'ala dan RasulNya–sallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wasallam juga tertolak dari pelakunya. Siapasaja yang menciptakan hal-hal baru dalam agama yang tidak diizinkan oleh Allah–subahanahu wa ta'ala dan RasulNya –sallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wasallam,maka bukanlah termasuk perkara agama sedikitpun."

Beliau berkatapula: "Makna hadis (diatas adalah): bahwa barangsiapa amal perbuatannya keluardari syari'at dan tidak terikat dengannya, maka tertolak."

Berkata IbnuDaqiq Al-'Ied –rahimahullah: "Hadis ini adalah salah satu kaidah agung darikaidah-kaidah agama dan ia merupakan jawami'ul kalim (kata-kata yang singkatnamun padat) yang diberikan kepada Al-Musthafa –sallallahu 'alaihi wa 'alaalihi wasallam, karena sesungguhnya ia (hadis ini) dengan jelas merupakanpenolakan semua bid'ah dan segala yang dibuat-buat (dalam perkara agama)."

Allah –subahanahu wa ta'alaberfirman: "Katakanlah –wahaiRasulullah-: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, pastiAllah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu." (QS. Ali 'Imran: 31).

Allah –subahanahu wa ta'alaberfirman: "Apa yang diberikan Rasulkepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu makatinggalkanlah." (QS.Al-Hasyr: 7).

Rasulullah –sallallahu 'alaihi wa'ala alihi wasallam bersabda: "Hati-hatilah kalian dari perkara-perkara barudalam agama, karena semua perkara baru (bid'ah) dalan agama adalah tersesat."(HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dll). [Abdullah Shaleh Hadrami/ASH]

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.